">

Senin, 19 Februari 2018

Pernyataan Sikap Santri Dayah Aceh terhadap Pidato Ahok

Kemarin terjadi kehebohan dengan viral dengan tersebarnya cuplikan pidato saudara Ahok di Kepulauan Seribu. Saya mendengarnya, menyimaknya beberapa kali. Sehingga banyak umat Islam yang terluka.
Berikut ini adalah statement bahwa saudara Ahok sebagai etnis Tionghoa itu adalah bukan pilihannya. Ini adalah takdir yang menciptakannya, sehingga bukan wilayah kita untuk mengomentari etnis.
Dua bahwa saudara ahok beragama non Islam, itu adalah pilihannya. Dan setiap orang berhak memilih apa yang akan dipertanggungjawabkannya dunia akhirat. Bagi kita umat Islam tidak ada masalah, lakum dinukum waliadin.
Adapun saudara ahok memberikan statemen pernyataan terhadap Al Quran dengan perkataan yang tidak pada tempatnya dengan cara yang tidak pada tempatnya ini adalah perbuatan melampaui batas, ini adalah perbuatan tercela, ini adalah perbuatan yang akan menimbulkan konsekwensi dari perkataannya.
Oleh karena itu sangat bisa dimaklumi jikalau umat Islam merasa tersinggung terluka oleh pernyataan yang melampaui batas ini. Apalagi seorang yang diberikan cobaan jadi pimpinan di Jakarta.
Kepada umat Islam seluruhnya, bahwa takdir adanya kejadian ini adalah ladang untuk beramal dan pencerah pemikiran serta sikap kita.
Ini alat ukur apakah hati kita tersinggung atau tidak. Kalau kita merasa biasa-biasa saja Al Quran diremehkan, maka itu menunjukkan kadar keimanan kita yang masih sangat rendah. Andaikata kita tersengat merasa terluka, maka ini kita syukuri. Bahwa kita masih peduli dan menghormati kalam Allah.
Namun pada saat yang sama kita pun harus menyikapi orang yang melampaui batas ini dengan sikap yang ada dalam koridor ahlakul karimah. Islam tidak mengenal kedzoliman kepada siapapun. Kita sikapi perbuatan ahok ini dengan sikap yang tidak melampaui batas bahkan menunjukkan bagaimana Islam menyikapi dengan sikap terhormat akhlakul karimah.
Sebaiknya kita ingatkan saudara ahok bahwa perbuatan ini perbuatan yang sangat salah dianjurkan untuk memohon maaf secara terbuka kepad umat Islam diakui dengan jujur dan tidak boleh mengulanginya lagi. Dan andai pun sudah meminta maaf terbuka, umat Islam adalah pemaaf.
Namun jikalau merasa tidak bersalah, dan tetap melakukan perbuatan seperti ini maka mari kita selesaikan dalam koridor hukum. Kita tuntut keadilan lewat koridor yang benar-benar diharapkan bisa menuntaskan ini dengan sikap yang adil.
Banyak hikmah kejadian ini, nyata bahwa pemimpin yang berbeda akidah tidak akan pernah bisa memahami apa yang kita muliakan, kita hormati. Sulit bagi pemimpin yang berbeda akidah akan memuliakan Allah karena tidak mengimaninya. Tidak akan bisa menghormati Al Quran karena tidak mengimaninya. Tidak akan bisa menghormati dan memulikan Rasulullah sebagaimana mestinya karena tidak mengimaninya. Nyatalah bahwa Al Quran 7 ayat memerintahkan kita untuk tidak memilih orang yang berbeda akidah karena memang tidak akan pernah bisa memuliakan Allah, memuliakan kalam Allah, memulikan Rasulullah sebagaimana mestinya.
Semoga adanya kejadian ini benar-benar membuat kita semua memahami apa yang semestinya kita lakukan. Mudah-mudahan semua pihak mendapat pelajaran dan mengambil hikmah. Sekian, wassalamualaikum wr wb.

Senin, 03 Maret 2014

Wen Rimba Raya: Tanoh Gayo Pasak Bumi Aceh

Tokoh Aceh Tengah
Marzuki alias Wen Rimba Raya
* Tak seperti di Aceh pesisir, dataran tinggi Gayo punya karakter yang berbeda. Kawasan ini didiami oleh berbagai etnis.
Kepercayaan masyarakat kawasan tengah Aceh terhadap Partai Aceh kian meningkat semasa pemerintahan Gubernur Zaini Abdullah dan Wakil Gubernur Muzakir Manaf. Satu per satu

Minggu, 02 Maret 2014

Sayed Fuad Zakaria " Parpol Di Aceh Seharusnya Menjadi Contoh Demokrasi Nasional "

H.Sayed Fuad Zakaria
Bersama ketua Gapensi
Gayo Lues Rahman Jemali di
salah satu kedai di Blangkejeren.
* Aparat Hukum Diminta Tangkap Secepatnya Pelaku Peneror Caleg di Aceh

Blangkejeren - Seluruh Parpol apakah itu Parpol lokal maupun Nasional,dalam menghadapi Pemilu Legeslatif (pileg) 2014,seharusnya menjadi contoh secara Nasional dalam hal berdemokrasi,sebab Aceh memiliki kekhususan karena Aceh satu satunya Provinsi di Indonesia,yang memiliki partai lokal.

Jumat, 07 Februari 2014

Mendobrak Rezim Syariah di Aceh

Semestinya orang-orang sekuler di Jakarta yang sudah luas wawasan pengetahuannya, menyasar rakyat aceh untuk dicerdaskan, dicerahkan agar muncul para pendobrak yang berani menentang rezim syariah di sana. Bukan malah menghina-hina. Kelemahan orang sekuler kini masih ada pandangan yang menyekat bahwa ada wilayah yang diperuntukkan untuk agama A, rezim B

Perpustakaan Aceh dan Teknologi RFID

Oleh Tengku Nurul Kemalahayati

PERPUSTAKAAN Aceh yang didirikan pada 1969 dengan nama Perpustakaan Negara, pada awalnya hanya menempati satu ruangan seluas 12 meter persegi di Kantor Perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Departemen P dan K) Daerah Istimewa Aceh. Jumlah koleksi bukunya pun cuma 80 eksemplar dan dikelola (diolah) hanya oleh dua orang pegawai. Kemudian, berdasarkan SK Menteri P dan K No. 8429/c/B.3/1979 tanggal 29 Oktober 1979, Perpustakaan Negara berubah nama menjadi Perpustakaan Wilayah. Pada 1989 namanya berubah lagi menjadi Perpustakaan Daerah.

Minggu, 12 Januari 2014

Benarkah Demokrasi di Aceh Terus Berkembang?

Ghazali-Abbas2
(Oleh: Ghazali Abbas Adan)

“Bahwa demokrasi di Aceh terus berkembang. Pemerintah Aceh juga membuka kran partasipasi perempuan dalam politik selebar-lebarnya”. Demikian ungkapan Malik Mahmud Al-Haytar sebagaimna diberitakan media massa online The Globe Journal (Jumat, 10/01/2014).

Top 5 News

Contact Us About Us Privacy Help Redaksi Info Iklan F A Q