Lhokseumawe.Dewan Kesenian Aceh Kabupaten Aceh Utara hari ini (09/01/16)
adakan Musyawarah Daerah untuk keempat kalinya dari semenjak terbentuk
nya DKA pada tahun 2007 yang lalu. Musda diadakan seiring dengan telah
berakhirnya masa kepengurusan DKA Aceh Utara periode 2010 s.d. 2015,
"Musda ini diadakan karena tuntutan AD/ART, setelah periode masa
kepemimpinan berakhir maka Musda menjadi jalan satu-satunya untuk
memilih kepengurusan baru" demikian disampaikan oleh ketua panitia Musda
DKA Aceh Utara Hamdani dalam laporannya.
Hadir dalam acara tersebut diantaranya Asisten II Abdul Aziz mewakili
Bupati Aceh Utara, Ketua DPRK Aceh Utara Ismail A.Jalil,SE, Kepala Dinas
Perhubungan, Pariwisata dan Kebudayaan T. Badlisyah, Ketua DKA Nur Maida beserta
rombongan, Ketua DKA Aceh Utara periode sebelumnya Nurdin Ismail beserta
jajaran pengurus, seluruh Ketua dan Sekretaris Dewan Kesenian Kecamatan
(DKK) dari 27 Kecamatan di Aceh Utara, sejumlah pakar Seni yang ada di
Aceh Utara, serta rekan-rekan dari media cetak dan online.
Acara berlangsung di Convention Hall Hotel Lido Graha Cunda-Lhokseumawe, acara dibuka oleh Asisten II Setdakab Aceh Utara Abdul Aziz, Abdul Aziz dalam ceramah singkatnya mengapresiasikan kinerja Pengurus DKA Aceh Utara periode sebelumnya "Pemerintah bangga dan berterimakasih serta memberikan apresiasi yang cukup besar kepada pengurus DKA Aceh Utara karena dengan kegigihannyalah sehingga Aceh Utara terpilih menjadi Juara Kedua pada ajang kesenian tingkat Provinsi beberapa waktu yang lalu" disambut dengan tepuk tangan meriah dari peserta acara.
Abdul Aziz juga menambahkan "kedepan kami selaku pemerintah Aceh Utara berharap Pengurus DKA Aceh Utara senantiasa mendukung program pemerintah seperti syariat islam yang sekarang ini sedang sama-sama kita bangun" demikian imbuhnya.
Berbicara dalam sambutannya, Ketua Dewan Kesenian Aceh (DKA) Provinsi Nur Maida lebih menekankan kepada seluruh pengurus DKA dan DKK di aceh utara untuk lebih dapat bekerjasama antar pengurus, "DKA adalah wadahnya Insan Seni Aceh, untuk itu saya tekankan kepada seluruh pengurus DKA seyogyanya dapat mengutamakan insan seni dari pada pribadi walaupun pengurus itu juga mempunyai group atau kelompok seni milik sendiri".
Sampai berita ini diturunkan, acara Musda DKA Aceh Utara masih berlangsung, isu yang berkembang dikalangan peserta yang bahwa ada beberapa tokoh yang akan maju mencalonkan diri menjadi ketua DKA Aceh Utara pada Musda ini, bahkan Ketua DPRK Aceh Utara di isukan juga akan maju mencalonkan diri untuk menjadi Ketua DKA Aceh Utara periode 2016 sampai dengan 2020.
Sementara Nurdin Ismail yang merupakan Ketua DKA Aceh Utara priode lalu tidak dapat lagi maju menjadi calon Ketua DKA Aceh Utara, mengingat beliau telah di keluarkan SK oleh Gubernur Aceh sebagai Dewan Pakar Seni Provinsi Aceh.
Rilis oleh : Ijoel Rapi. FB : Ijoel Rapi Bpan Ai
Sabtu, 09 Januari 2016
Rabu, 23 Juli 2014
Tampil di Eropa, Rampoe UGM Dipuji Sekretaris Dubes RI
Label:
Budaya
JAKARTA - Komunitas seni yang bergerak di bidang seni
tari Aceh, yakni Rampoe Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menjadi
mewakili Indonesia dan Asia Tenggara dalam misi budaya di Eropa pada
Juni lalu. Selama tiga pekan, Rampoe UGM mengikuti Festival Mondial De
Folklore De La Ville De Saint Ghislain di Belgia dan Festi’roche-Roche
La Moliere, Prancis.
Sebelum ditunjuk sebagai perwakilan tersebut, Rampoe UGM terlebih dulu mengikuti workshop Tari Internasional di Universiti Teknologi Petronas (UTP), Malaysia pada Maret lalu. Sebanyak 22 anggota Tim Rampoe UGM terlibat dalam festival tersebut. Mereka terdiri atas satu manajer, satu fotografer, delapan penari putra, dan 12 penari putri.
Selama mengikuti Festival Mondial De Folklore De La Ville De Saint Ghislain di Belgia, Rampoe UGM berhasil menampilkan beragam tari tradisional dari Tanah Rencong. Mulai dari enam kali tari Ratoeh Pukat, empat kali tari Ratoeh Duek, tiga kali tari Saman Gayo, dan tiga kali tari Rapa’i Geleng.
Salah seorang anggota tim Dudung Abdulah mengatakan, selain Tim Rampoe UGM, Festival Mondial De Folklore De La Ville De Saint Ghislain di Belgia, diikuti pula delegasi kesenian dari Belgia, Brasil, Irlandia, Meksiko, Mongolia, Rusia, Slovakia, dan Ukraina. Tidak hanya berkesenian, Tim Rampoe UGM di Belgia mendapat paket wisata ke kota Mons dan Square of Brussel.
"Tim Rampoe UGM pun sempat didatangi Devdy Risa, Second Secretary, Embassy of The Republic of Indonesia. Menjadi salah satu penonton di Festival Mondial De Folklore De La Ville De Saint Ghislain, Pak Devdy mengungkapkan kekagumannya atas tarian spektakuler Rampoe UGM dan mengapresiasi perjuangan Rampoe UGM sehingga bisa tampil di panggung Eropa," ujar Dudung, seperti dilansir dari situs UGM, Rabu (23/7/2014).
Tidak puas tampil memukau di Belgia, Dudung dan kawan-kawan mengulangi kesuksesan mereka di Prancis. Pada Festi’roche-Roche La Moliere itu, Tim Rampoe UGM berhasil menampilkan Ratoeh Pukat tiga kali, tari Ratoeh Duek tiga kali, tari Saman Gayo tiga kali, dan tari Rapa’i Geleng sekali.
Dudung menjelaskan Rampoe UGM merupakan sebuah komunitas seni yang bergerak di bidang seni tari Aceh. "Tim ini berada dibawah Departemen Minat dan Bakat, Ikatan Mahasiswa Sastra Asia Barat, Fakultas Ilmu Budaya, UGM," ungkapnya.
Tim kesenian yang dibentuk pada Oktober 2009 itu bertujuan untuk melestarikan seni tari Aceh dan mewadahi para mahasiswa yang cinta akan budaya Indonesia. Di tahun ini, Rampoe UGM kembali mengharumkan nama Indonesia di panggung internasional dalam misi budayanya melalui duta seni mahasiswa.
"Dengan mengikuti festival di Eropa, ini Tim Rampoe UGM dinilai berhasil mengharumkan nama Indonesia. Saat di Prancis pun, kita juga mendapat paket wisata mengunjungi Lake Saint Victor, Perancis," tutup Dudung.
Sebelum ditunjuk sebagai perwakilan tersebut, Rampoe UGM terlebih dulu mengikuti workshop Tari Internasional di Universiti Teknologi Petronas (UTP), Malaysia pada Maret lalu. Sebanyak 22 anggota Tim Rampoe UGM terlibat dalam festival tersebut. Mereka terdiri atas satu manajer, satu fotografer, delapan penari putra, dan 12 penari putri.
Selama mengikuti Festival Mondial De Folklore De La Ville De Saint Ghislain di Belgia, Rampoe UGM berhasil menampilkan beragam tari tradisional dari Tanah Rencong. Mulai dari enam kali tari Ratoeh Pukat, empat kali tari Ratoeh Duek, tiga kali tari Saman Gayo, dan tiga kali tari Rapa’i Geleng.
Salah seorang anggota tim Dudung Abdulah mengatakan, selain Tim Rampoe UGM, Festival Mondial De Folklore De La Ville De Saint Ghislain di Belgia, diikuti pula delegasi kesenian dari Belgia, Brasil, Irlandia, Meksiko, Mongolia, Rusia, Slovakia, dan Ukraina. Tidak hanya berkesenian, Tim Rampoe UGM di Belgia mendapat paket wisata ke kota Mons dan Square of Brussel.
"Tim Rampoe UGM pun sempat didatangi Devdy Risa, Second Secretary, Embassy of The Republic of Indonesia. Menjadi salah satu penonton di Festival Mondial De Folklore De La Ville De Saint Ghislain, Pak Devdy mengungkapkan kekagumannya atas tarian spektakuler Rampoe UGM dan mengapresiasi perjuangan Rampoe UGM sehingga bisa tampil di panggung Eropa," ujar Dudung, seperti dilansir dari situs UGM, Rabu (23/7/2014).
Tidak puas tampil memukau di Belgia, Dudung dan kawan-kawan mengulangi kesuksesan mereka di Prancis. Pada Festi’roche-Roche La Moliere itu, Tim Rampoe UGM berhasil menampilkan Ratoeh Pukat tiga kali, tari Ratoeh Duek tiga kali, tari Saman Gayo tiga kali, dan tari Rapa’i Geleng sekali.
Dudung menjelaskan Rampoe UGM merupakan sebuah komunitas seni yang bergerak di bidang seni tari Aceh. "Tim ini berada dibawah Departemen Minat dan Bakat, Ikatan Mahasiswa Sastra Asia Barat, Fakultas Ilmu Budaya, UGM," ungkapnya.
Tim kesenian yang dibentuk pada Oktober 2009 itu bertujuan untuk melestarikan seni tari Aceh dan mewadahi para mahasiswa yang cinta akan budaya Indonesia. Di tahun ini, Rampoe UGM kembali mengharumkan nama Indonesia di panggung internasional dalam misi budayanya melalui duta seni mahasiswa.
"Dengan mengikuti festival di Eropa, ini Tim Rampoe UGM dinilai berhasil mengharumkan nama Indonesia. Saat di Prancis pun, kita juga mendapat paket wisata mengunjungi Lake Saint Victor, Perancis," tutup Dudung.
Minggu, 02 Maret 2014
Sabtu, 08 Februari 2014
Aceh Tengah gelar maulid akbar
Jingki, Alat Penumbuk Khas Aceh
Label:
Budaya
Jingki atau jeungki adalah sebuah alat tradisional yang terbuat dari kayu pilihan yang digunakan oleh masyarakat Aceh
untuk menumbuk padi menjadi beras atau menumbuk beras menjadi tepung
pada era sebelum 1990. Alat ini sangat mudah ditemukan hampir disetiap
rumah di kampung-kampung. Sekarang alat ini sudah sangat jarang
digunakan dan dijumpai karena telah digantikan oleh alat-alat moderen.
Senin, 27 Januari 2014
Lewat Novel, Arafat Nur Ajak Masyarakat Aceh untuk Gemar Membaca
Label:
Budaya,
Pendidikan,
Peristiwa
Arafat Nur, nama ini sudah tidak asing lagi dalam dunia kesusasteraan
Aceh. Penulis asal Aceh Utara, kelahiran Lubuk Pakam, Sumatra Utara, 22
Desember tahun 1974 silam ini sudah sejak lama melalangbuana dalam
dunia kepenulisan. Di Aceh, namanya kian melejit sejak novel Lampuki
yang ditulisnya beberapa tahun lalau memenangkan sejumlah penghargaan di
tingkat Nasional.
Top 5 News
Contact Us | About Us | Privacy | Help | Redaksi | Info Iklan | F A Q |
Terdaftar 2013 | Lintas Aceh ® Meneruskan Informasi Terkini Seputar Aceh |