18 Oktober 2013
Calang – Raja-raja dari seantero Aceh, Kamis (17/10) kemarin berkumpul
di Lamno, Kecamatan Jaya, Aceh Jaya. Mereka menghadiri seumeuleung
(upacara menyuapi raja), sebuah tradisi para raja Daya yang berlangsung
di makam Poteumeureuhom di Desa Gle Jong, Kecamatan Jaya.
Di
antara raja yang hadir kemarin adalah Raja Pidie, Raja Linge, Raja Nagan
Raya, Raja Blangpidie, Raja Aceh Selatan, Raja Meulaboh, dan sejumlah
raja lainnya di Aceh. Hadir pula Bupati Aceh Jaya, Ir Azhar Abdurrahman
dan tokoh masyarakat setempat.
Upacara itu juga dihadiri oleh Pemangku Wali Nanggroe, Malik Mahmud
Al-Haytar. Upacara tersebut merupakan adat memuliakan raja yang
dilaksanakan setiap tahun sejak 1480 Masehi. Pelaksanaannya selalu pada
hari ketiga Idul Adha.
Ribuan warga membanjiri lokasi tersebut,
karena di situ selain dilakukan prosesi seumeuleung juga menjadi lokasi
wisata yang sering dikunjungi warga, apalagi dalam suasana Lebaran,
sehingga pengunjungnya makin ramai.
Raja Daya, T Saifullah
kepada Serambi, Kamis kemarin (17/10) mengatakan, upacara seumeuleung
yang dilaksanakan di makam Poteumeuruhom itu perlu dilestarikan karena
sarat makna. T Saifullah sendiri merupakan keturunan dari Raja Sultan
Alaidin Inayatsyah yang ke-13.
Sementara itu, Pemangku Wali
Nanggroe, Malik Mahmud Al-Haytar yang menghadiri upacara seumeuleung
mengatakan, ke depan ia akan berupaya melestarikan semua adat istiadat
yang ada di Aceh, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Menurutnya, jika Aceh ini berada dalam kondisi aman dan politiknya
stabil, maka akan sangat mudah dilakukan pembangunan dan dapat
dilestarikan semua adat budaya yang diyakini Malik Mahmud mampu
membangkitkan perekonomian masyarakat.
Dalam upacara
seumeuleung tersebut, pengawal raja terlebih dulu memeriksa Astaka
Diraja. Setelah itu barulah dilakukan penjemputan raja di sebuah balai
yang disebut Balee Meunaroi.
Ketika sang Raja memasuki Astaka
Diraja, maka raja-raja yang diundang dari berbagai daerah di Aceh
melakukan penyambutan dan memberikan hormat kepada Raja Daya dengan
mengucapkan Daulat Tuanku.
Setelah itu, dilakukan doa bersama
yang dipimpin mufti kerajaan setempat. Setelah selesai pembacaan doa,
raja pun memberikan amanat kepada tamu agung dan rakyatnya. Tak lama
berselang langsung dihidangkan makanan yang disebut dengan Buet bu ulee.
Untuk itu, dua dayang laki-laki langsung memberikan pelayanan kepada
sang Raja, hingga menyuapinya. Sementara raja-raja lainnya dan tamu
angung dipersilakan mencicipi makanan yang sudah dihidangkan. Di akhir
kegiatan tersebut, rombongan secara bersama-sama berziarah ke makam
Poteumeureuhom dengan menaiki 99 anak tangga.
Sumber : Serambi Indonesia
Di antara raja yang hadir kemarin adalah Raja Pidie, Raja Linge, Raja Nagan Raya, Raja Blangpidie, Raja Aceh Selatan, Raja Meulaboh, dan sejumlah raja lainnya di Aceh. Hadir pula Bupati Aceh Jaya, Ir Azhar Abdurrahman dan tokoh masyarakat setempat.
Upacara itu juga dihadiri oleh Pemangku Wali Nanggroe, Malik Mahmud Al-Haytar. Upacara tersebut merupakan adat memuliakan raja yang dilaksanakan setiap tahun sejak 1480 Masehi. Pelaksanaannya selalu pada hari ketiga Idul Adha.
Ribuan warga membanjiri lokasi tersebut, karena di situ selain dilakukan prosesi seumeuleung juga menjadi lokasi wisata yang sering dikunjungi warga, apalagi dalam suasana Lebaran, sehingga pengunjungnya makin ramai.
Raja Daya, T Saifullah kepada Serambi, Kamis kemarin (17/10) mengatakan, upacara seumeuleung yang dilaksanakan di makam Poteumeuruhom itu perlu dilestarikan karena sarat makna. T Saifullah sendiri merupakan keturunan dari Raja Sultan Alaidin Inayatsyah yang ke-13.
Sementara itu, Pemangku Wali Nanggroe, Malik Mahmud Al-Haytar yang menghadiri upacara seumeuleung mengatakan, ke depan ia akan berupaya melestarikan semua adat istiadat yang ada di Aceh, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Menurutnya, jika Aceh ini berada dalam kondisi aman dan politiknya stabil, maka akan sangat mudah dilakukan pembangunan dan dapat dilestarikan semua adat budaya yang diyakini Malik Mahmud mampu membangkitkan perekonomian masyarakat.
Dalam upacara seumeuleung tersebut, pengawal raja terlebih dulu memeriksa Astaka Diraja. Setelah itu barulah dilakukan penjemputan raja di sebuah balai yang disebut Balee Meunaroi.
Ketika sang Raja memasuki Astaka Diraja, maka raja-raja yang diundang dari berbagai daerah di Aceh melakukan penyambutan dan memberikan hormat kepada Raja Daya dengan mengucapkan Daulat Tuanku.
Setelah itu, dilakukan doa bersama yang dipimpin mufti kerajaan setempat. Setelah selesai pembacaan doa, raja pun memberikan amanat kepada tamu agung dan rakyatnya. Tak lama berselang langsung dihidangkan makanan yang disebut dengan Buet bu ulee. Untuk itu, dua dayang laki-laki langsung memberikan pelayanan kepada sang Raja, hingga menyuapinya. Sementara raja-raja lainnya dan tamu angung dipersilakan mencicipi makanan yang sudah dihidangkan. Di akhir kegiatan tersebut, rombongan secara bersama-sama berziarah ke makam Poteumeureuhom dengan menaiki 99 anak tangga.
Sumber : Serambi Indonesia