Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Belawan, melalui prakirawan Rizky Ramadhan, Jum’at (17/1) mengingatkan para nelayan tradisional dan pengusaha kapal ikan mewaspadai prediksi cuaca buruk ini.
“Dampaknya terlihat adanya peningkatan tinggi gelombang di perairan Selat Malaka mencapai 3,5 meter secara maksimal. Ini memang jarang terjadi, kita menghimbau bagi para nelayan maupun dunia pelayaran untuk tetap mewaspadai gelombang tinggi ini,” ungkap Rizky.
Secara rinci, gelombang laut dengan tinggi 2 meter sampai 3 meter berpeluang dapat terjadi di Perairan Aceh Utara, Perairan Selat Malaka Utara, Perairan Kepulauan Riau, dan Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera.
BMKG juga memperkirakan adanya cuaca buruk, itu terpantau dari Citra Satelit terlihat adanya daerah tekanan rendah 1006 HPA di perairan Filipina. Angin di atas wilayah Perairan Indonesia, di Utara khatulistiwa umumnya bertiup dari Barat sampai Timur Laut, dan di Selatan Khatulistiwa umumnya bertiup dari arah Barat Daya sampai Utara dengan kecepatan angin berkisar antara 3 sampai 28 knot.
Kondisi tersebut memberi peluang pertumbuhan awan dan hujan disertai badai guntur yang diprediksi dapat terjadi di Samudera Hindia Barat Kep. Mentawai, Selat Malaka, Perairan Riau.
*Nelayan dan Pengusaha Ikan Terpuruk
Dampak masih berlangsungnya pengaruh cuaca buruk dan ombak besar di sejumlah perairan di Indonesia khususnya di Aceh dan Sumut persisnya di perairan Selat Malaka, menyebabkan nasib kalangan nelayan tradisional dan pengusaha ikan kian terpuruk, sebab banyak kapal nelayan yang mogok melaut dan menumpuk di sejumlah tangkahan masing-masing sembari menunggu cuaca bisa diajak kembali bersahabat.
Salah seorang pengusaha perikanan asal Kampung Kurnia Belawan, Anwar (52) mengaku, terpuruk sejak berlangsungnya musim cuaca buruk di tengah laut. Ia terpaksa mengurangi sementara tenaga kerja yang ada karena tak sanggup menggaji tenaga kerja yang terlanjur direkrutnya.
Anwar juga sempat bingung, bagaimana caranya bisa “memutar” otak agar bias terus menghidupi usaha perikanan yang sedang dikelolanya, terutama usaha penangkapan ikan teri maupun ikan basah yang akan dijadikan ikan asin sebelum dilempar ke pasaran.
"Mau menjemur ikan saja takut turun hujan, apalagi pergi melaut, kapal sudah ngak bisa diharap banyak lagi untuk memperoleh banyak hasil tangkapan di tengah laut. Syukur saja, kapal tak karam,” kata Anwar yang mengaku terus mengalami kerugian mengoperasikan kapal untuk memperoleh hasi laut.
Diakuinya, belum satu organisasi nelayan pun yang mau menjembatani nasib nelayan maupun pengusaha perikanan yang mengalami kesulitan, dampak dari cuaca buruk ini.
Ia memprediksi, mungkin hingga awal Maret mendatang, kondisi cuaca baru bisa membaik," tegas Anwar sembari menunjukkan sejumlah kapal miliknya yang masih banyak terikat di tangkahan.
Kepala Unit Gugus Pos Keamanan Laut TNI AL di Gabion Belawan, Eko Laksono terpisah mengatakan, hingga kini masih dapat dihitung dengan jari kapal ikan yang keluar masuk ke Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan (PPSB) Gabion, sebab masih belum banyak kapal ikan yang melaut, apalagi kemarin sudah ada kapal ikan PI 63 asal gudang PNP yang tenggelam diterjang ombak besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar