">

Minggu, 20 Oktober 2013

Pemerintah Aceh Harus Tegas Untuk Mengambil Devisa Migas

Do you want to share?

Do you like this story?

 dari ExxonMobil Untuk Atasi Banjir Musiman Setiap Tahunnya Di Aceh Utara

Pemerintah Aceh Harus Tegas Untuk Mengambil Devisa Migas dari ExxonMobil Untuk Atasi Banjir Musiman Setiap Tahunnya Di Aceh Utara

Foto : Dua kilang minyak dan gas ExxonMobil mengapit sungai Krueng Kruetoe yang selalu mengalami banjir musiman setiap tahunnya. 

Lhoksukon – Meluapnya sungai Kruetoe dan Pirak akibat hujan deras di Bener Meriah menyebabkan 111 desa di empat kecamatan terendam banjir sejak Jumat (18/10/2013). Banjir tahunan ini membuat masyarakat di kecamatan Pirak Timu, Paya Bakong, Matang Kuli, dan Tanah Luas sangat kelimpungan.

Banjir karena meluapnya Krueng Kruetoe dan Krueng Pirak sebenarnya adalah banjir yang telah sejak lama terjadi. Selalu berulang tanpa penanganan yang tuntas dan permanen. Kedua sungai itu hanya berada pada radius 1-2 kilometer dari lapangan gas Arun milik ExxonMobil Oil Indonesia, yang sangat dekat dengan Point A. 

Contoh penanganan banjir sungai Krueng Aceh di Aceh Besar dan Banda Aceh yang sukses dimasa Gubernur Syamsuddin Mahmud dapat ditiru oleh Bupati Muhammad Thaib dan Gubernur Zaini Abdullah.

 Dana APBN dari Devisa Migas Arun untuk Penanganan Banjir

“Walau penanganan ini akan memakan waktu dan biaya yang cukup signifikan. Ini sebuah kondisi ironis, yang cukup pantas untuk diperjuangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten maupun Provinsi Aceh ke Pemerintah Pusat. Sumber dana APBN di Kementerian PU layak dialokasikan untuk penanganan banjir ini,” tambah Ampon Man.

Menurutnya, minyak dan gas di perut bumi Lhoksukon ini telah menghasilkan devisa negara sampai ratusan trilyun rupiah sejak tahun 1970-an.

“Hasil gas alam Arun harusnya mampu mendanai penanganan banjir dari luapan dua sungai di sekitar kilang ExxonMobil ini. Harapan kita, bencana yang menyedihkan ini tidak berulang kembali dimasa depan," tutup Ampon Man.
20 Oktober 2013

Foto : Dua kilang minyak dan gas ExxonMobil mengapit sungai Krueng Kruetoe yang selalu mengalami banjir musiman setiap tahunnya.

Lhoksukon – Meluapnya sungai Kruetoe dan Pirak akibat hujan deras di Bener Meriah menyebabkan 111 desa di empat kecamatan terendam banjir sejak Jumat (18/10/2013). Banjir tahunan ini membuat masyarakat di kecamatan Pirak Timu, Paya Bakong, Matang Kuli, dan Tanah Luas sangat kelimpungan.


Banjir karena meluapnya Krueng Kruetoe dan Krueng Pirak sebenarnya adalah banjir yang telah sejak lama terjadi. Selalu berulang tanpa penanganan yang tuntas dan permanen. Kedua sungai itu hanya berada pada radius 1-2 kilometer dari lapangan gas Arun milik ExxonMobil Oil Indonesia, yang sangat dekat dengan Point A.

Contoh penanganan banjir sungai Krueng Aceh di Aceh Besar dan Banda Aceh yang sukses dimasa Gubernur Syamsuddin Mahmud dapat ditiru oleh Bupati Muhammad Thaib dan Gubernur Zaini Abdullah.

Dana APBN dari Devisa Migas Arun untuk Penanganan Banjir

“Walau penanganan ini akan memakan waktu dan biaya yang cukup signifikan. Ini sebuah kondisi ironis, yang cukup pantas untuk diperjuangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten maupun Provinsi Aceh ke Pemerintah Pusat. Sumber dana APBN di Kementerian PU layak dialokasikan untuk penanganan banjir ini,” tambah Ampon Man.

Menurutnya, minyak dan gas di perut bumi Lhoksukon ini telah menghasilkan devisa negara sampai ratusan trilyun rupiah sejak tahun 1970-an.

“Hasil gas alam Arun harusnya mampu mendanai penanganan banjir dari luapan dua sungai di sekitar kilang ExxonMobil ini. Harapan kita, bencana yang menyedihkan ini tidak berulang kembali dimasa depan," tutup Ampon Man.

sumber : Kabar ACEH
Contact Us About Us Privacy Help Redaksi Info Iklan F A Q