Hal itu dikatakan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Faisal
Ali pada diskusi publik mengungkap bahaya liberalisme di Aceh dan
launching Gerak Aceh Tanpa JIL (ATJ) d Lamnyong Banda Aceh, kemarin.
Deklarasi
Gerakan Aceh Tanpa JIL dihadiri aktifis Indonesia Tanpa JIL Akmal
Sjafril dan seratusan pemuda dari unsur mahasiswa dan ormas di Provinsi
Aceh. Wakil Ketua MPU Aceh Faisal Ali mengatakan, di Provinsi Aceh JIL
terus berkembang meskipun perkembangannya belum begitu muncul ke public
seperti halnya di kota-kota besar di Pulau Jawa , oleh sebab itu Faisal
mengajak masyarakat untuk sama-sama mencegah perkembangan JIL sebelum
mereka berkembang di bumi serambi Mekkah ini.
“Di
Aceh bukan tidak ada JIL,namun mereka belum begitu muncul, ini karena
masyarakat terutama para pemikir-pemikir ini semakin mudah mengakses
buku-buku yang ditulis para aktifis JIL, dan mereka aqidahnya belum kuat
sehingga akan sangat mudah terpengaruh,” lanjutnya.
Faisal
Ali menyambut baik kehadiran Gerakan Aceh Tanpa JIL, paling tidak
gerakan ini bisa menghambat perkembangan JIL di Provinsi Aceh melalui
diskusidiskusi keIslaman yang harus digelar secara rutin. Sementara
aktifis Indonesia tanpa JIL Akmal Sjafril menyebutkan kehadiran
Indonesia tanpa JIL mendapatkan sambutan yang luar biasa dari
masyarakat, hal itu setidaknya terlihat dengan begitu antusiasnya
masyarakat di berbagai kota untuk mendeklarasikan daerahnya sebagai
daerah tanpa JIL, salah satunya adalah Provinsi Aceh.
“Di
Aceh sambutannya begitu antusias, selain para pemuda, kami melihat
ulama-ulama di sini sangat mendukung kehadiran Aceh Tanpa JIL, semoga
ini bisa mencegah perkembangan JIL di Provinsi Aceh,”ujarnya.
Menurut
Akmal, meskipun bahaya JIL ini belum begitu terasa di Provinsi Aceh,
namun ia meminta agar para aktifis dakwah tidak menunggu JIL berkembang
kemudian mencegah, akan tetapi harus segera ada upaya untuk menghambat
sebelum mereka berkembang.
sumber : Brita Sore
Tidak ada komentar:
Posting Komentar