Aceh - Pemilihan
umum 2014 yang pelaksanaannya tinggal menghitung bula/hari di propinsi
Aceh merebak isu pemboikotan, isu yang tidak bertanggung jawab tersebut
sangat meresahkan masyarakat. Di saat Aceh lagi berbenah diri menutup
lubang – lubang luka konflik dan bencana tsunami, masih ada juga
sebagian masyarakat yang mau bermain api politik menjelang pemilu 2014
ini.
Disaat
keran politik telah dibuka sebebas-bebasnya dengan adanya multi partai
bahkan di propinsi Aceh, ada partai politik lokal untuk menyalurkan
aspirasi politik masih juga ketidakpuasan sebagian masyarakat dengan
menebar isu yang membuat bingung dan meresahkan rakyat Aceh. Tak pernah
aman terhadap politik, berbangsa dan Bernegara telah menjadi kabur
dengan kepentingan – kepentingan praktis sesaat. Isu pemboikotan pemilu
2014 di Propinsi Aceh adalah upaya gila ditengah reformasi demokrasi
untuk menjadi Pahlawan kesiangan dan mengambil keuntungan dengan
lahirnya konflik baru di bumi Mekkah ini.
Apapun
alasan pembenaran untuk memboikot pemilu 2014 tidak bisa ditolerir oleh
pemikiran yang beradat dan beragam seperti di Propinsi Aceh. Isu
gerakan pemboikotan pemilu 2014 bukan cermin untuk merubah keadaan
politik dan ekonomi rakyat Aceh, akan tetapi sebuah isu yang tidak
populer ditengah globalisasi masyarakat. Masalah – masalah ketidak
adilan hukum, ekonomi di dalam pelaksanaannya oleh pemerintah pusat
maupun oleh pemerintah Daerah adalah masalah yang harus diselesaikan
bersama oleh seluruh komponen Bangsa Indonesia melalui pemilu 2014.
Melalui pemilu itulah perubahan yang kita harapkan bisa terjadi dan muncul sosok wakil-wakil rakyat yang amanah dan terpercaya untuk masyarakatnya. Keputusan oleh akibat oknum – oknum penyelenggaraan negara dan pejabat negara yang
korup dan tamak jangan sampai membuat hati kita patah dan kalah dengan
menyerah kepada keadaan dengan menebarkan ancaman pemboikotan Pemilu
2014 di Propinsi Aceh yang akan membuat suasana damai kembali terganggu. Politik
bukanlah alat kekuasaan tetapi etika untuk melayani bila kita
menghayati pemikiran Dr. J. Leimena maka tidak ada salasan untuk
memboikot Pemilu 2014 hanya karena keterputusan melihat keadaan politik
yang belum stabil di propinsi Aceh.
Pemaksaan
kehendak di dalam berdemokrasi apalagi menghasut dan mengintimidasi
masyarakat agar memboikot Pemilu 2014 adalah upaya gila orang – orang
tidak waras yang menginginkan perubahan secara instan, dan ini sangat
berbahaya dan politik adalah otak dan hati apabila di dalam
pelaksanaannya tidak menggunakan salah satu dari dua komponen tersebut,
sungguh telah mengedepankan nafsu politik belaka. Disinilah Pemilu 2014
sangat penting bagi rakyat Aceh untuk menentukan masa depannya, siapa yang berotak dan berhati di dalam merebut kursi kekuasaan di tanah indatu Iskandar Muda.
Bukan
dengan cara pemboikotan, kita mencapai tujuan Politik bangsa Aceh yang
beradat dan beragama yang selalu bermusyawarah untuk menyelesaikan
segala kepentingan masyarakat harus dikedepankan, dan tak perlu menebar
isu dengan membangkitkan maop- maop ( teror – teror ) politik lagi di
Serambi Mekkah. Belum kering air mata yang kita titikkan di kelopak -
kelopak bungong Ceumpaka agar kenangan pahit masa
konflik dan tsunami menjadi pelajaran indah.
Kemana akan dicari Sultan iskandar Muda, Tjut Nyak pun telah menjadi artis ibu kota, mari kita membangun kembali Aceh dengan pesta demokrasi sehat dan indah baik partai Nasional maupun Partai lokal, dan seluruh rakyat Aceh bersatu untuk damai agar kesenjangan ekonomi, pendidikan serta kesenjangan pikiran dan hati dapat kita singkirkan melalui politik kita, kuatkan Propinsi Aceh yang bersyariat Islam agar Aceh Darussalam Rahmatan lil Alamin penuh cinta dan kasih sayang dengan kedamaian hakiki kita dapat melangsungkan kehidupan bernegara dan berbangsa di propinsi Aceh.
Kemana akan dicari Sultan iskandar Muda, Tjut Nyak pun telah menjadi artis ibu kota, mari kita membangun kembali Aceh dengan pesta demokrasi sehat dan indah baik partai Nasional maupun Partai lokal, dan seluruh rakyat Aceh bersatu untuk damai agar kesenjangan ekonomi, pendidikan serta kesenjangan pikiran dan hati dapat kita singkirkan melalui politik kita, kuatkan Propinsi Aceh yang bersyariat Islam agar Aceh Darussalam Rahmatan lil Alamin penuh cinta dan kasih sayang dengan kedamaian hakiki kita dapat melangsungkan kehidupan bernegara dan berbangsa di propinsi Aceh.
Sumber : Kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar