">

Kamis, 26 Desember 2013

Masyarakat Nisam Menilai Kedatangan Zaratex NV Menjadi Malapetaka

Do you want to share?

Do you like this story?

Nisam - Setelah Zaratex NV selesai melakukan survey seismic 2D di kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara beberapa bulan yang lalu dan sempat di klaim merugi karena tidak ada hasil, kini giliran masyarakat sekitar yang pada umumnya petani menilai telah dirugikan oleh aktivitas Zaratex NV.

Beberapa rumah yang mengalami keretakan akibat ledakkan bom Zaratex NV diwilayah Nisam hingga kini, Minggu 2 Desember 2012 belum direspon (ganti rugi). Tidak hanya rumah yang mengalami keretakan akibat goncangan dynamite milik Zaratex NV, seiring berjalannya waktu masalah barupun mulai bermunculan di gampoeng tersebut diantaranya, air sumur di beberapa gampoeng dalam kecamatan Nisam tersebut mengalami kekeringan meski dimusim penghujan.

Parahnya lagi menurut keterangan dari seorang warga gampoeng Alue Sijeungkai, Ahmad (63) debit air pada irigasi persawahan tidak cukup mengairi sawah mereka sehingga para warga tersebut tidak lagi mampu mengelola sawahnya sehingga dialihkan keperkebunan kacang.

Ahmad menilai perusahaan yang bekerja sama dengan pemerintah itu sungguh membawa malapetaka bagi kecamatan mereka dan menganggap ucapan pihak Zaratex NV ketika mengadakan sosialisasi bersama masyarakat sekitar, yang mengatakan peledakan dynamite tidak membawa dampak bagi tanaman, Air sumur, dan rumah beton adalah omong kosong belaka.

“Di gampong kami ada sekitar ratusan sumur yang jarak dari peledakan tersebut 50m s/d 1 Km air sumurnya kering, dan sawah daerah kami pun sudah tidak bisa di kelola lagi karena air untuk irigasi semakin mengecil. Kami di bohongi oleh perusahaan Zaratex,” ucap Ahmad dengan suara kesal.

Kekurangan debit air tersebut juga menimbulkan konflik ditubuh masyarakat karena berebutan air. Para warga sekitar berharap kepada pemerintah/perusahaan Zaratex NV agar mempertanggung jawabkan dampak yang terjadi dalam kecamatan mereka akibat peledakan dynamic tersebut.

“Seharusnya perusahan tersebut sebelum angkat kaki dari kecamatan kami, selesaikan dulu masalah atau keluhan masyarakat yang rumahnya retak, dan pembayaran ganti rugi tanaman sangat tidak layak dengan hasil panen tanaman,” ujar Ahmad.

Pembayaran kompensasi oleh  Zaratex NV terhadap warga ternyata masih banyak yang belum diselesaikan dan sangat berlawanan dengan ucapan Bupati Aceh Utara yang ditulis di media online tertanggal 4 Oktober 2012 yang lalu mengatakan bahwa pembayaran kompensasi telah selesai.

Berikut ucapan Cek Mad yang di kutip dari media online pada 4 Oktober 2012 lalu, “Ini penting agar sepeninggalan kegiatan mereka di Aceh Utara jangan sampai menyisakan persoalan. Tadi sesuai penjelasan mereka, pembayaran kompensasi (atas lahan dan lokasi usaha milik masyarakat yang jadi daerah lintasan survei seismik) sudah selesai,” kata Cek Mad, Bupati Aceh Utara.

Selain kesal terhadap perusahaan asing tersebut, para warga juga kesal dengan ucapan Cek Mad yang hanya mendengar dan mempercayai begitu saja penjelasan pihak perusahaan asing itu tanpa meninjau langsung lokasi survey seismic 2D tersebut.

Menurut data yang berhasil dihimpun sedikitnya terdapat sekitar 19 gampoeng yang mengeluhkan kekeringan air sumur di antaranya, gampong Meunasah Alue, Panton, Paloh Mampree, gampong Barat, Meunasah Meucat, Peunayan, Jeulekat, Meunasah Cut, Cot Paloh, Cot Untung, Binjee, Ketapang, gampong Teungoh, Ulee Blang, Cot Mambong, Alue Bili, Paloh Mambu, Tingkeum, dan Meunasah Rayeuk.

Warga sekitar menuding kekeringan debit air sumur akibat ledakan bom dynamit yang diledakkan oleh Zaratex NV untuk melakukan eksplorasi migas dapat menghilangkan sumber mata air yang disebabkan akibat gesekan lempengan di bawah tanah sehingga melahirkan lubang baru yang dapat menghilangkan mata air untuk menglir ke sumur-sumur masyarakat.

Hingga berita ini diturunkan, pihak Zaratex belum dikonfirmasi.

sumber : The Aceh Traffic

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Top 5 News

Contact Us About Us Privacy Help Redaksi Info Iklan F A Q