Nisam - Setelah Zaratex NV selesai melakukan survey seismic 2D di kecamatan Nisam Kabupaten
Aceh Utara beberapa bulan yang lalu dan sempat di klaim merugi karena tidak ada
hasil, kini giliran masyarakat sekitar yang pada umumnya petani menilai telah
dirugikan oleh aktivitas Zaratex NV.
Beberapa rumah yang mengalami
keretakan akibat ledakkan bom Zaratex NV diwilayah Nisam hingga kini, Minggu 2
Desember 2012 belum direspon (ganti rugi). Tidak hanya rumah yang mengalami
keretakan akibat goncangan dynamite milik Zaratex NV, seiring berjalannya waktu
masalah barupun mulai bermunculan di gampoeng tersebut diantaranya, air sumur
di beberapa gampoeng dalam kecamatan Nisam tersebut mengalami kekeringan meski
dimusim penghujan.
Parahnya lagi menurut keterangan
dari seorang warga gampoeng Alue Sijeungkai, Ahmad (63) debit air pada irigasi
persawahan tidak cukup mengairi sawah mereka sehingga para warga tersebut tidak
lagi mampu mengelola sawahnya sehingga dialihkan keperkebunan kacang.
Ahmad menilai perusahaan yang
bekerja sama dengan pemerintah itu sungguh membawa malapetaka bagi kecamatan
mereka dan menganggap ucapan pihak Zaratex NV ketika mengadakan sosialisasi
bersama masyarakat sekitar, yang mengatakan peledakan dynamite tidak membawa
dampak bagi tanaman, Air sumur, dan rumah beton adalah omong kosong belaka.
“Di gampong kami ada sekitar
ratusan sumur yang jarak dari peledakan tersebut 50m s/d 1 Km air sumurnya
kering, dan sawah daerah kami pun sudah tidak bisa di kelola lagi karena air
untuk irigasi semakin mengecil. Kami di bohongi oleh perusahaan Zaratex,” ucap
Ahmad dengan suara kesal.
Kekurangan debit air tersebut
juga menimbulkan konflik ditubuh masyarakat karena berebutan air. Para warga
sekitar berharap kepada pemerintah/perusahaan Zaratex NV agar mempertanggung
jawabkan dampak yang terjadi dalam kecamatan mereka akibat peledakan dynamic
tersebut.
“Seharusnya perusahan tersebut
sebelum angkat kaki dari kecamatan kami, selesaikan dulu masalah atau keluhan
masyarakat yang rumahnya retak, dan pembayaran ganti rugi tanaman sangat tidak
layak dengan hasil panen tanaman,” ujar Ahmad.
Pembayaran kompensasi oleh
Zaratex NV terhadap warga ternyata masih banyak yang belum diselesaikan dan
sangat berlawanan dengan ucapan Bupati Aceh Utara yang ditulis di media online
tertanggal 4 Oktober 2012 yang lalu mengatakan bahwa pembayaran kompensasi
telah selesai.
Berikut ucapan Cek Mad yang di
kutip dari media online pada 4 Oktober 2012 lalu, “Ini penting agar
sepeninggalan kegiatan mereka di Aceh Utara jangan sampai menyisakan persoalan.
Tadi sesuai penjelasan mereka, pembayaran kompensasi (atas lahan dan lokasi
usaha milik masyarakat yang jadi daerah lintasan survei seismik) sudah
selesai,” kata Cek Mad, Bupati Aceh Utara.
Selain kesal terhadap perusahaan
asing tersebut, para warga juga kesal dengan ucapan Cek Mad yang hanya
mendengar dan mempercayai begitu saja penjelasan pihak perusahaan asing itu
tanpa meninjau langsung lokasi survey seismic 2D tersebut.
Menurut data yang berhasil
dihimpun sedikitnya terdapat sekitar 19 gampoeng yang mengeluhkan kekeringan
air sumur di antaranya, gampong Meunasah Alue, Panton, Paloh Mampree, gampong
Barat, Meunasah Meucat, Peunayan, Jeulekat, Meunasah Cut, Cot Paloh, Cot
Untung, Binjee, Ketapang, gampong Teungoh, Ulee Blang, Cot Mambong, Alue Bili,
Paloh Mambu, Tingkeum, dan Meunasah Rayeuk.
Warga sekitar menuding kekeringan
debit air sumur akibat ledakan bom dynamit yang diledakkan oleh Zaratex NV
untuk melakukan eksplorasi migas dapat menghilangkan sumber mata air yang
disebabkan akibat gesekan lempengan di bawah tanah sehingga melahirkan lubang
baru yang dapat menghilangkan mata air untuk menglir ke sumur-sumur masyarakat.
sumber : The Aceh Traffic
Tidak ada komentar:
Posting Komentar