Gampong Pande Adalah Pusat Industri Kerajaan Aceh (Emas, Ukiran, Senjata, Besi Dll)
Add caption
13 November 2013
Banda Aceh - Penemuan harta karun berisi kepingan emas yang
diperkirakan peninggalan zaman kerajaan di Gampong (Desa) Pande,
Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh, menyedot perhatian warga.
Sejarawan Aceh, Husaini Ibrahim, mengatakan, kawasan penemuan emas itu
adalah pusat industri yang memproduksi berbagai kebutuhan Kerajaan Aceh
Darussalam.
"Mulai dari mata uang dari emas, batu nisan dengan
ukiran-ukiran indah, senjata besi untuk berperang dan berbagai kebutuhan
kerajaan lainnya," jelas dosen FKIP Sejarah Universitas Syiah Kuala
(Unsyiah) Banda Aceh itu kepada wartawan, Selasa (12/11/2013).
Menurutnya, Gampong Pande dulu juga dikenal sebagai pusat perdagangan
karena letaknya sangat strategis di lintasan Selat Malaka dan berada
pada puncak kejayaannya pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda
(1607-1636 M).
"Tapi jauh sebelum itu Gampong Pande sudah
terkenal sebagai kawasan industri dan pusat perdagangan yang strategis,"
sebut alumnus Universitas Sains Malaysia (USM) yang pernah membuat
penelitian di Gampong Pande untuk disertasi doktoralnya.
Di kampung
tersebut memang banyak ditemukan makam-makam zaman dengan batu nisan
ukiran kuno. Salah satu makam yang terkenal dan sudah dipugar adalah
Makam Teungku Dikandang dan Makam Putroe Ijo.
Husaini memperkirakan
koin-koin yang ditemukan itu merupakan hasil pesanan luar yang belum
dikirim para penempa emas yang dulunya banyak terdapat di Gampong Pande.
Namun, ada dugaan pula emas itu milik kerajaan yang disimpan setelah
diproduksi.
"Ini masih butuh penelitian lebih lanjut," ujarnya.
Sekilas koin-koin emas yang ditemukan warga di muara Krueng (sungai)
Doy, Gampong Pande bentuknya persis dengan dirham atau mata uang Aceh
masa kerajaan di Museum Aceh. Koin seukuran kancing jas itu di
permukaannya bertulis aksara Arab.
Husaini meminta pemerintah
segera menyelamatkan sejarah Gampong Pande yang dulu terkenal hingga ke
semenanjung negara tetangga. Temuan emas itu dikhawatirkan bisa
mendorong warga membongkar makam-makam kuno yang ada, karena diyakini
ada emas di bawahnya.
"Saya khawatir kalau tidak segera diselamatkan
berbagai peninggalan yang sangat bersejarah di Gampong Pande akan
punah," sebutnya.
Add caption |
13 November 2013
Banda Aceh - Penemuan harta karun berisi kepingan emas yang diperkirakan peninggalan zaman kerajaan di Gampong (Desa) Pande, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh, menyedot perhatian warga.
Sejarawan Aceh, Husaini Ibrahim, mengatakan, kawasan penemuan emas itu adalah pusat industri yang memproduksi berbagai kebutuhan Kerajaan Aceh Darussalam.
"Mulai dari mata uang dari emas, batu nisan dengan ukiran-ukiran indah, senjata besi untuk berperang dan berbagai kebutuhan kerajaan lainnya," jelas dosen FKIP Sejarah Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh itu kepada wartawan, Selasa (12/11/2013).
Menurutnya, Gampong Pande dulu juga dikenal sebagai pusat perdagangan karena letaknya sangat strategis di lintasan Selat Malaka dan berada pada puncak kejayaannya pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M).
"Tapi jauh sebelum itu Gampong Pande sudah terkenal sebagai kawasan industri dan pusat perdagangan yang strategis," sebut alumnus Universitas Sains Malaysia (USM) yang pernah membuat penelitian di Gampong Pande untuk disertasi doktoralnya.
Di kampung tersebut memang banyak ditemukan makam-makam zaman dengan batu nisan ukiran kuno. Salah satu makam yang terkenal dan sudah dipugar adalah Makam Teungku Dikandang dan Makam Putroe Ijo.
Husaini memperkirakan koin-koin yang ditemukan itu merupakan hasil pesanan luar yang belum dikirim para penempa emas yang dulunya banyak terdapat di Gampong Pande. Namun, ada dugaan pula emas itu milik kerajaan yang disimpan setelah diproduksi.
"Ini masih butuh penelitian lebih lanjut," ujarnya.
Sekilas koin-koin emas yang ditemukan warga di muara Krueng (sungai) Doy, Gampong Pande bentuknya persis dengan dirham atau mata uang Aceh masa kerajaan di Museum Aceh. Koin seukuran kancing jas itu di permukaannya bertulis aksara Arab.
Husaini meminta pemerintah segera menyelamatkan sejarah Gampong Pande yang dulu terkenal hingga ke semenanjung negara tetangga. Temuan emas itu dikhawatirkan bisa mendorong warga membongkar makam-makam kuno yang ada, karena diyakini ada emas di bawahnya.
"Saya khawatir kalau tidak segera diselamatkan berbagai peninggalan yang sangat bersejarah di Gampong Pande akan punah," sebutnya.
Banda Aceh - Penemuan harta karun berisi kepingan emas yang diperkirakan peninggalan zaman kerajaan di Gampong (Desa) Pande, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh, menyedot perhatian warga.
Sejarawan Aceh, Husaini Ibrahim, mengatakan, kawasan penemuan emas itu adalah pusat industri yang memproduksi berbagai kebutuhan Kerajaan Aceh Darussalam.
"Mulai dari mata uang dari emas, batu nisan dengan ukiran-ukiran indah, senjata besi untuk berperang dan berbagai kebutuhan kerajaan lainnya," jelas dosen FKIP Sejarah Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh itu kepada wartawan, Selasa (12/11/2013).
Menurutnya, Gampong Pande dulu juga dikenal sebagai pusat perdagangan karena letaknya sangat strategis di lintasan Selat Malaka dan berada pada puncak kejayaannya pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M).
"Tapi jauh sebelum itu Gampong Pande sudah terkenal sebagai kawasan industri dan pusat perdagangan yang strategis," sebut alumnus Universitas Sains Malaysia (USM) yang pernah membuat penelitian di Gampong Pande untuk disertasi doktoralnya.
Di kampung tersebut memang banyak ditemukan makam-makam zaman dengan batu nisan ukiran kuno. Salah satu makam yang terkenal dan sudah dipugar adalah Makam Teungku Dikandang dan Makam Putroe Ijo.
Husaini memperkirakan koin-koin yang ditemukan itu merupakan hasil pesanan luar yang belum dikirim para penempa emas yang dulunya banyak terdapat di Gampong Pande. Namun, ada dugaan pula emas itu milik kerajaan yang disimpan setelah diproduksi.
"Ini masih butuh penelitian lebih lanjut," ujarnya.
Sekilas koin-koin emas yang ditemukan warga di muara Krueng (sungai) Doy, Gampong Pande bentuknya persis dengan dirham atau mata uang Aceh masa kerajaan di Museum Aceh. Koin seukuran kancing jas itu di permukaannya bertulis aksara Arab.
Husaini meminta pemerintah segera menyelamatkan sejarah Gampong Pande yang dulu terkenal hingga ke semenanjung negara tetangga. Temuan emas itu dikhawatirkan bisa mendorong warga membongkar makam-makam kuno yang ada, karena diyakini ada emas di bawahnya.
"Saya khawatir kalau tidak segera diselamatkan berbagai peninggalan yang sangat bersejarah di Gampong Pande akan punah," sebutnya.