07 Agustus 2013
BANDA ACEH - Sekjen Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk Faisal Ali
mengatakan hari Raya Idul Fitri 1434 Hijriah hendaknya dapat dijadikan
momentum untuk memperkuat komunikasi antara pemerintah pusat dengan
Aceh, terutama terkait dengan masalah bendera dan lambang daerah itu.
"Mungkin selama ini sedikit kebekuan terkait polemik bendera dan
lambang Aceh antara pusat dan provinsi ini. Karenanya kita berharap
masalah tersebut dapat diselesaikan dengan bijaksana dan arif," katanya
di Banda Aceh, Rabu.
Seperti diberitakan, dalam dua hari
terakhir aparat keamanan gabungan Polri dan TNI menertibkan bendera
mirip dengan bendera GAM di sejumlah daerah di Aceh.
Penurunan
bendera itu kemudian mendapat reaksi dari Gubernur Aceh Zaini Abdullah
dan para pengurus Partai Aceh seperti di Kota Lhokseumawe dan Kabupaten
Aceh Utara.
Faisal Ali yang juga Ketua DPW Nahdlatul Ulama Aceh
menambahkan dengan memperkuat silaturahim dan komunikasi kedua pihak,
maka diyakini dapat memecahkan masalah antara pusat dan Aceh.
"Saya optimistis dengan mengintensifkan komunikasi, misalnya antara
Mendagri Gamawan Fauzi dan Gubernur Aceh serta pihak-pihak terkait
lainnya maka kebekuan itu akan terpecahkan. Karenanya, saya mengajak
momentum Idul Fitri untuk mewujudkan kebersamaan," katanya menambahkan.
Ia juga mengharapkan para pihak di Aceh untuk terus mengedepankan
musyawarah dalam menyelesaikan masalah umat, khususnya terkait antara
hubungan Pemerintah Pusat dan Aceh.
"Semuanya kita imbau agar
menahan diri. Puasa selama sebulan penuh melatih kita untuk menahan diri
dari amarah. Jangan ada lagi kekerasan di Aceh meski dalam bentuk
apapun," kata Faisal Ali menjelaskan.
Di pihak lain, ia juga
mengajak umat Muslim khususnya di Aceh agar merayakan Idul Fitri sesuai
yang dianjurkan dalam syariat, tidak bersifat ria dan mubajir.
"Jangan ada unsur ria atau tindakan yang berlebihan, termasuk membakar
kembang api yang nilainya cukup mahal. Rayakan Idul Fitri secara
sederhana namun tidak mengurangi nilai-nilai di dalam syariat," kata
Faisal Ali.
Sumber : Atjehnish Service History For Generation
07 Agustus 2013
BANDA ACEH - Sekjen Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk Faisal Ali mengatakan hari Raya Idul Fitri 1434 Hijriah hendaknya dapat dijadikan momentum untuk memperkuat komunikasi antara pemerintah pusat dengan Aceh, terutama terkait dengan masalah bendera dan lambang daerah itu.
"Mungkin selama ini sedikit kebekuan terkait polemik bendera dan lambang Aceh antara pusat dan provinsi ini. Karenanya kita berharap masalah tersebut dapat diselesaikan dengan bijaksana dan arif," katanya di Banda Aceh, Rabu.
Seperti diberitakan, dalam dua hari terakhir aparat keamanan gabungan Polri dan TNI menertibkan bendera mirip dengan bendera GAM di sejumlah daerah di Aceh.
Penurunan bendera itu kemudian mendapat reaksi dari Gubernur Aceh Zaini Abdullah dan para pengurus Partai Aceh seperti di Kota Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara.
Faisal Ali yang juga Ketua DPW Nahdlatul Ulama Aceh menambahkan dengan memperkuat silaturahim dan komunikasi kedua pihak, maka diyakini dapat memecahkan masalah antara pusat dan Aceh.
"Saya optimistis dengan mengintensifkan komunikasi, misalnya antara Mendagri Gamawan Fauzi dan Gubernur Aceh serta pihak-pihak terkait lainnya maka kebekuan itu akan terpecahkan. Karenanya, saya mengajak momentum Idul Fitri untuk mewujudkan kebersamaan," katanya menambahkan.
Ia juga mengharapkan para pihak di Aceh untuk terus mengedepankan musyawarah dalam menyelesaikan masalah umat, khususnya terkait antara hubungan Pemerintah Pusat dan Aceh.
"Semuanya kita imbau agar menahan diri. Puasa selama sebulan penuh melatih kita untuk menahan diri dari amarah. Jangan ada lagi kekerasan di Aceh meski dalam bentuk apapun," kata Faisal Ali menjelaskan.
Di pihak lain, ia juga mengajak umat Muslim khususnya di Aceh agar merayakan Idul Fitri sesuai yang dianjurkan dalam syariat, tidak bersifat ria dan mubajir.
"Jangan ada unsur ria atau tindakan yang berlebihan, termasuk membakar kembang api yang nilainya cukup mahal. Rayakan Idul Fitri secara sederhana namun tidak mengurangi nilai-nilai di dalam syariat," kata Faisal Ali.
Sumber : Atjehnish Service History For Generation
BANDA ACEH - Sekjen Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk Faisal Ali mengatakan hari Raya Idul Fitri 1434 Hijriah hendaknya dapat dijadikan momentum untuk memperkuat komunikasi antara pemerintah pusat dengan Aceh, terutama terkait dengan masalah bendera dan lambang daerah itu.
"Mungkin selama ini sedikit kebekuan terkait polemik bendera dan lambang Aceh antara pusat dan provinsi ini. Karenanya kita berharap masalah tersebut dapat diselesaikan dengan bijaksana dan arif," katanya di Banda Aceh, Rabu.
Seperti diberitakan, dalam dua hari terakhir aparat keamanan gabungan Polri dan TNI menertibkan bendera mirip dengan bendera GAM di sejumlah daerah di Aceh.
Penurunan bendera itu kemudian mendapat reaksi dari Gubernur Aceh Zaini Abdullah dan para pengurus Partai Aceh seperti di Kota Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara.
Faisal Ali yang juga Ketua DPW Nahdlatul Ulama Aceh menambahkan dengan memperkuat silaturahim dan komunikasi kedua pihak, maka diyakini dapat memecahkan masalah antara pusat dan Aceh.
"Saya optimistis dengan mengintensifkan komunikasi, misalnya antara Mendagri Gamawan Fauzi dan Gubernur Aceh serta pihak-pihak terkait lainnya maka kebekuan itu akan terpecahkan. Karenanya, saya mengajak momentum Idul Fitri untuk mewujudkan kebersamaan," katanya menambahkan.
Ia juga mengharapkan para pihak di Aceh untuk terus mengedepankan musyawarah dalam menyelesaikan masalah umat, khususnya terkait antara hubungan Pemerintah Pusat dan Aceh.
"Semuanya kita imbau agar menahan diri. Puasa selama sebulan penuh melatih kita untuk menahan diri dari amarah. Jangan ada lagi kekerasan di Aceh meski dalam bentuk apapun," kata Faisal Ali menjelaskan.
Di pihak lain, ia juga mengajak umat Muslim khususnya di Aceh agar merayakan Idul Fitri sesuai yang dianjurkan dalam syariat, tidak bersifat ria dan mubajir.
"Jangan ada unsur ria atau tindakan yang berlebihan, termasuk membakar kembang api yang nilainya cukup mahal. Rayakan Idul Fitri secara sederhana namun tidak mengurangi nilai-nilai di dalam syariat," kata Faisal Ali.
Sumber : Atjehnish Service History For Generation
Tidak ada komentar:
Posting Komentar