Yang Tak Mampu Beli Sepatu Bola
Aksi Heroik Zulfiandi Saat Merebut Bola Dari Lawannya
14 Oktober 2013
Banda Aceh - Kuat dalam bertahan, bagus dalam menyerang. Permainan itu
ditunjukkan gelandang Timnas Indonesia U-19, Zulfiandi, ketika
mengalahkan Korea Selatan, Sabtu 12 Oktober 2013. Namun, siapa sangka
Zulfiandi yang merupakan bintang masa depan Indonesia dulunya sempat
tidak mampu beli sepatu sepakbola.
"Tugas saya memang sangat berat. Sebagai gelandang jangkar sangat sulit
tugasnya. Saya harus menjadi pemain pertama yang menghalau serangan
lawan dari lini tengah. Tapi, itu semua saya lakukan demi negara," kata
Zul.
Zul kemudian menceritakan awal kariernya. Zul mengaku
sempat tidak mampu membeli sepatu sepakbola karena kondisi ekonomi
keluarganya yang pas-pasan. Ayahnya, Alfian, hanyalah seorang supir bus
lintas Sumatera. Sedangkan ibunya, Supini, merupakan seorang ibu rumah
tangga.
"Ekonomi keluarga pas-pasan. Saya sempat kesulitan
untuk bisa menjadi pesepakbola. Harus bantu-bantu keluarga. Saya bahkan
sempat tidak mampu beli sepatu sepakbola. Ayah saya saat itu kehabisan
uang. Sepatu yang saya pakai sudah rusak parah," ujarnya.
"Saya
kumpulkan uang jajan. Rela tidak jajan di sekolah demi membeli sepatu.
Saat itu saya hanya terkumpul Rp100 ribu. Saya diam saja, tapi ternyata
ayah saya tahu kalau saya lagi kekurangan uang. Dia menambahkan Rp100
ribu lagi," sambungnya.
Zul mengaku masih masih menyimpan
sepatu sepakbola yang dibelinya dengan susah payah. "Saya simpan, itu
adalah sepatu sepakbola yang dibelinya dengan susah payah. "Saya simpan,
itu adalah sepatu pertama yang saya beli dengan hasil kerja keras
saya," ucap Zul.
Aksi Heroik Zulfiandi Saat Merebut Bola Dari Lawannya |
14 Oktober 2013
Banda Aceh - Kuat dalam bertahan, bagus dalam menyerang. Permainan itu
ditunjukkan gelandang Timnas Indonesia U-19, Zulfiandi, ketika
mengalahkan Korea Selatan, Sabtu 12 Oktober 2013. Namun, siapa sangka
Zulfiandi yang merupakan bintang masa depan Indonesia dulunya sempat
tidak mampu beli sepatu sepakbola.
"Tugas saya memang sangat berat. Sebagai gelandang jangkar sangat sulit tugasnya. Saya harus menjadi pemain pertama yang menghalau serangan lawan dari lini tengah. Tapi, itu semua saya lakukan demi negara," kata Zul.
Zul kemudian menceritakan awal kariernya. Zul mengaku sempat tidak mampu membeli sepatu sepakbola karena kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan. Ayahnya, Alfian, hanyalah seorang supir bus lintas Sumatera. Sedangkan ibunya, Supini, merupakan seorang ibu rumah tangga.
"Ekonomi keluarga pas-pasan. Saya sempat kesulitan untuk bisa menjadi pesepakbola. Harus bantu-bantu keluarga. Saya bahkan sempat tidak mampu beli sepatu sepakbola. Ayah saya saat itu kehabisan uang. Sepatu yang saya pakai sudah rusak parah," ujarnya.
"Saya kumpulkan uang jajan. Rela tidak jajan di sekolah demi membeli sepatu. Saat itu saya hanya terkumpul Rp100 ribu. Saya diam saja, tapi ternyata ayah saya tahu kalau saya lagi kekurangan uang. Dia menambahkan Rp100 ribu lagi," sambungnya.
Zul mengaku masih masih menyimpan sepatu sepakbola yang dibelinya dengan susah payah. "Saya simpan, itu adalah sepatu sepakbola yang dibelinya dengan susah payah. "Saya simpan, itu adalah sepatu pertama yang saya beli dengan hasil kerja keras saya," ucap Zul.
"Tugas saya memang sangat berat. Sebagai gelandang jangkar sangat sulit tugasnya. Saya harus menjadi pemain pertama yang menghalau serangan lawan dari lini tengah. Tapi, itu semua saya lakukan demi negara," kata Zul.
Zul kemudian menceritakan awal kariernya. Zul mengaku sempat tidak mampu membeli sepatu sepakbola karena kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan. Ayahnya, Alfian, hanyalah seorang supir bus lintas Sumatera. Sedangkan ibunya, Supini, merupakan seorang ibu rumah tangga.
"Ekonomi keluarga pas-pasan. Saya sempat kesulitan untuk bisa menjadi pesepakbola. Harus bantu-bantu keluarga. Saya bahkan sempat tidak mampu beli sepatu sepakbola. Ayah saya saat itu kehabisan uang. Sepatu yang saya pakai sudah rusak parah," ujarnya.
"Saya kumpulkan uang jajan. Rela tidak jajan di sekolah demi membeli sepatu. Saat itu saya hanya terkumpul Rp100 ribu. Saya diam saja, tapi ternyata ayah saya tahu kalau saya lagi kekurangan uang. Dia menambahkan Rp100 ribu lagi," sambungnya.
Zul mengaku masih masih menyimpan sepatu sepakbola yang dibelinya dengan susah payah. "Saya simpan, itu adalah sepatu sepakbola yang dibelinya dengan susah payah. "Saya simpan, itu adalah sepatu pertama yang saya beli dengan hasil kerja keras saya," ucap Zul.