Pada sore itu mereka hanya menjual buku dan baju saja, itupun hanya beberapa saja dari karya mereka. Umumnya, semua karya mereka dan teman-teman hidup dalam perut sebuah komunitas.
Sedikit berbeda dari komunitas lainnya, komunitas yang mereka beri nama Kanot Bu dapat dipastikan semua anggotanya mempunyai bakat seni, tentu sesuai dengan kesukaan sang seniman itu juga. Nah, hasil karya dari para seniman yang ditelurkan itulah dijajakan oleh Idrus dan Reza di Taman Putroe Phang.
Seperti kata Idrus, dalam komunitas Kanot Bu itu sendiri ada ragam kamar bakat yang dibangun dengan semangat. Semua kamar bakatari seniman muda akan berujung pada bentuk fisik sebuah karya, seperti kamar bakat Geulanceng yang hari ini sudah mulai mulai mengelola produksi baju kaos yang didesain dan dicetak sendiri.
Idrus menambahkan, semua desain baju kaos yang diproduksi oleh Geulanceng berbasis pada kekuatan adat dan budaya Aceh, ini bentuk dari dukungan Kanot Bu pada program Visit Aceh 2013 dalam meningkatkan ekonomi masyarakat Aceh.
“Tapi apa yang kami kerjakan ini belum perlu dukungan Pemerintah, namun saya yakin masih ada masyarakat kecil lain yang harus dilihat oleh Pemerintah agar nyata dampak langsung Visit Aceh ke masyarakat ekonomi kelas bawah ” kata Idrus yang juga dikenal kritis.
Idrus mencontohkan, seperti hari ini, di Taman Putroe Phang sendiri ada semacam pertunjukan seni yang digelar dalam rangka mengisi Visit Aceh 2013, namun dampak optimal berupa peningkatan perekonomian masyarakat Aceh pada level bawah tidak tersentuh oleh tangan pengelola program Visit Aceh 2013.
Idrus menambahkan, selain Geulanceng seperti yang sudah disebutkan tadi, para seniman yang doyan menulis semua betah dalam kamar bakat Tansopako Press. Setelah menulis, semua karya seniman akan dicetak menjadi buku dan itu tidak terbatas pada segmen tertentu saja.
“Semua hasil karya penulis kami bukukan, karena pada prinsipnya tidak satupun karya yang telah lahir mempunyai alasan kuat untuk dimatikan. Untuk itu kami berpikir sendiri, melakukan sendiri, mencetak sendiri, bahkan menjualpun sendiri,“ jelasnya.
Dari amatan dekat, desiain kaos yang dikeluarkan oleh Geulanceng memang sangat kental dengan Aceh, seperti ada kaos bertuliskan ‘ACEH IS ME’. Menurut Idrus, kata tersebut mempunyai dua makna, yang pertama bermakna sifat ke-Acehan dan kedua bermakna Aceh adalah saya.
Untuk beberapa judul buku yang sudah dicetak oleh Tansopako Press antara lain, Sang Sui, Setelah Putra Mahkota Dipancung, Perempuan Aroma Hujan, Menerka Gerak-Gerak Angin, dan masih ada beberapa judul lain yang sangat khas dan kental akan kritik, cinta dan perjuangan.
Uniknya lagi, menurut Reza, semua karya orisinil para seniman muda yang dikeluarkan dari bank ide Kumunitas Kanot Bu dapat diperoleh dengan gampang, yakni dengan cara memesan langsung di halaman facebook Kamunitas Kanot Bu.
“Untuk Banda Aceh ada jasa antar ke tempat dan untuk kota di luar Banda Aceh hingga ke seluruh dunia juga siap dikirim. Pelayanan ini untuk menumbuhkan tanggungjawab kami sebagai seniman muda yang ingin tumbuh dengan menjual hasil yang setiap prosesnya tidak lepas dari ide teman-teman seniman.” (zamroe)
Sumber : 91.8 KISS FM Aceh