Foto : Ilustasi Keyboard Di Langsa
LANGSA - Tim Wilayatul Hisbah (WH) dan petugas dari Dinas Syariat Islam
Kota Langsa, Jumat (23/8) malam kembali dihujani lemparan batu oleh
sekelompok masyarakat penikmat hiburan tunggal (kibor) karena
membubarkan kegiatan yang melanggar Syariat islam dan mengangkangi
imbauan Muspida Kota Langsa tersebut, di Desa Sidoreja dan Meurandeh
Kloneng, Kecamatan Langsa Lama.
Kepala Dinas Syariat Islam (DSI) Kota Langsa, Drs H Ibrahim Latif MM,
yang memimpin langsung penertiban kibor malam itu kepada Serambi Sabtu
(24/8) mengatakan, sebelum pembubaran acara hiburan kibor itu dilakukan
secara paksa, terlebih dahulu telah meminta pemilik rumah Ponimin, warga
Desa Sidorejo untuk menghentikan kegiatan yang melanggar syariat Islam
itu.
Tapi pemilik rumah bersikeras untuk melanjutkan
pertunjukan yang menampilkan penyanyi wanita yang memakai pakain minim
yang sangat bertentangan dengan syariat Islam tersebut. Namun, akhirnya
suasana semakin memanas dan hingga pemilik rumah dan warha pecandu
hiburan organ tunggal itu mencacimaki petugas dengan kata-kata tak
senonoh.
“Mereka bersikeras tak mau menghentikan acara kibor
itu, dan mencaci-maki kami terus. Bahkan terjadi tolak-menolak antara
pemilik rumah dan personel WH. Dalam suasana itu, sesekali anggota kita
dilempari batu pengunjung,” katanya Ibrahim Latif.
Ibrahim
Latif menduga, pertunjukan itu dibekingi oleh orang kuat, sehingga
pemilik rumah nekat menggelar kibor ini hingga tengah larut malam.
Padahal, sesuai imbauan Muspida Kota Langsa, kibor tidak dibenarkan
diadakan pada malam hari, kecuali pagi hingga sore hari pukul 18.00 WIB.
Saat suasana terus memanas, anggota Polsek Langsa Timur yang ikut
memback-up tim antimaksiat itu, juga tak bisa berbuat banyak. Bahkan
perangkat gampong yang hadir untuk menjelaskan aturan pertunjukan kibor,
juga tak dihiraukan pemilik rumah tempat berlangsungnya kibor. Namun
akhirnya sekitar pukul 23.00 WIB kibor berhenti dengan sendirinya,
setelah listrik padam.
Pada malam itu juga, tim kembali
melanjutkan menertibkan pertujukan kibor di Gampong Meurandeh Kloneng,
dan di sana tim antimaksiat juga mendapat perlakuan yang sama. Para
pengunjung hiburan yang dilaksanakan di rumah Sunardi yang juga Tuha
Peut Desa Meurandeh Kloneng tersebut melempar tim dengan batu. Hujan
batu itu tak membuat tim surut, justru sekitar pukul pukul 23.30 WIB,
kibor sedang berlangsung seru-serunya dengan biduanita berpakaian seksi
berhasil dihentikan tim.
Namun ketika tim pulang, sekelompok
pemuda yang menunggu di jalan justru kembali melampiaskan amarahnya
dengan lemparan batu terhadap tim WH. Dan beberapa petugas mengalami
luka lebam karena terkena lemparan batu dari pengunjung hiburan
terlarang tersebut.
Foto : Ilustasi Keyboard Di Langsa |
LANGSA - Tim Wilayatul Hisbah (WH) dan petugas dari Dinas Syariat Islam
Kota Langsa, Jumat (23/8) malam kembali dihujani lemparan batu oleh
sekelompok masyarakat penikmat hiburan tunggal (kibor) karena
membubarkan kegiatan yang melanggar Syariat islam dan mengangkangi
imbauan Muspida Kota Langsa tersebut, di Desa Sidoreja dan Meurandeh
Kloneng, Kecamatan Langsa Lama.
Kepala Dinas Syariat Islam (DSI) Kota Langsa, Drs H Ibrahim Latif MM, yang memimpin langsung penertiban kibor malam itu kepada Serambi Sabtu (24/8) mengatakan, sebelum pembubaran acara hiburan kibor itu dilakukan secara paksa, terlebih dahulu telah meminta pemilik rumah Ponimin, warga Desa Sidorejo untuk menghentikan kegiatan yang melanggar syariat Islam itu.
Tapi pemilik rumah bersikeras untuk melanjutkan pertunjukan yang menampilkan penyanyi wanita yang memakai pakain minim yang sangat bertentangan dengan syariat Islam tersebut. Namun, akhirnya suasana semakin memanas dan hingga pemilik rumah dan warha pecandu hiburan organ tunggal itu mencacimaki petugas dengan kata-kata tak senonoh.
“Mereka bersikeras tak mau menghentikan acara kibor itu, dan mencaci-maki kami terus. Bahkan terjadi tolak-menolak antara pemilik rumah dan personel WH. Dalam suasana itu, sesekali anggota kita dilempari batu pengunjung,” katanya Ibrahim Latif.
Ibrahim Latif menduga, pertunjukan itu dibekingi oleh orang kuat, sehingga pemilik rumah nekat menggelar kibor ini hingga tengah larut malam. Padahal, sesuai imbauan Muspida Kota Langsa, kibor tidak dibenarkan diadakan pada malam hari, kecuali pagi hingga sore hari pukul 18.00 WIB.
Saat suasana terus memanas, anggota Polsek Langsa Timur yang ikut memback-up tim antimaksiat itu, juga tak bisa berbuat banyak. Bahkan perangkat gampong yang hadir untuk menjelaskan aturan pertunjukan kibor, juga tak dihiraukan pemilik rumah tempat berlangsungnya kibor. Namun akhirnya sekitar pukul 23.00 WIB kibor berhenti dengan sendirinya, setelah listrik padam.
Pada malam itu juga, tim kembali melanjutkan menertibkan pertujukan kibor di Gampong Meurandeh Kloneng, dan di sana tim antimaksiat juga mendapat perlakuan yang sama. Para pengunjung hiburan yang dilaksanakan di rumah Sunardi yang juga Tuha Peut Desa Meurandeh Kloneng tersebut melempar tim dengan batu. Hujan batu itu tak membuat tim surut, justru sekitar pukul pukul 23.30 WIB, kibor sedang berlangsung seru-serunya dengan biduanita berpakaian seksi berhasil dihentikan tim.
Namun ketika tim pulang, sekelompok pemuda yang menunggu di jalan justru kembali melampiaskan amarahnya dengan lemparan batu terhadap tim WH. Dan beberapa petugas mengalami luka lebam karena terkena lemparan batu dari pengunjung hiburan terlarang tersebut.
Kepala Dinas Syariat Islam (DSI) Kota Langsa, Drs H Ibrahim Latif MM, yang memimpin langsung penertiban kibor malam itu kepada Serambi Sabtu (24/8) mengatakan, sebelum pembubaran acara hiburan kibor itu dilakukan secara paksa, terlebih dahulu telah meminta pemilik rumah Ponimin, warga Desa Sidorejo untuk menghentikan kegiatan yang melanggar syariat Islam itu.
Tapi pemilik rumah bersikeras untuk melanjutkan pertunjukan yang menampilkan penyanyi wanita yang memakai pakain minim yang sangat bertentangan dengan syariat Islam tersebut. Namun, akhirnya suasana semakin memanas dan hingga pemilik rumah dan warha pecandu hiburan organ tunggal itu mencacimaki petugas dengan kata-kata tak senonoh.
“Mereka bersikeras tak mau menghentikan acara kibor itu, dan mencaci-maki kami terus. Bahkan terjadi tolak-menolak antara pemilik rumah dan personel WH. Dalam suasana itu, sesekali anggota kita dilempari batu pengunjung,” katanya Ibrahim Latif.
Ibrahim Latif menduga, pertunjukan itu dibekingi oleh orang kuat, sehingga pemilik rumah nekat menggelar kibor ini hingga tengah larut malam. Padahal, sesuai imbauan Muspida Kota Langsa, kibor tidak dibenarkan diadakan pada malam hari, kecuali pagi hingga sore hari pukul 18.00 WIB.
Saat suasana terus memanas, anggota Polsek Langsa Timur yang ikut memback-up tim antimaksiat itu, juga tak bisa berbuat banyak. Bahkan perangkat gampong yang hadir untuk menjelaskan aturan pertunjukan kibor, juga tak dihiraukan pemilik rumah tempat berlangsungnya kibor. Namun akhirnya sekitar pukul 23.00 WIB kibor berhenti dengan sendirinya, setelah listrik padam.
Pada malam itu juga, tim kembali melanjutkan menertibkan pertujukan kibor di Gampong Meurandeh Kloneng, dan di sana tim antimaksiat juga mendapat perlakuan yang sama. Para pengunjung hiburan yang dilaksanakan di rumah Sunardi yang juga Tuha Peut Desa Meurandeh Kloneng tersebut melempar tim dengan batu. Hujan batu itu tak membuat tim surut, justru sekitar pukul pukul 23.30 WIB, kibor sedang berlangsung seru-serunya dengan biduanita berpakaian seksi berhasil dihentikan tim.
Namun ketika tim pulang, sekelompok pemuda yang menunggu di jalan justru kembali melampiaskan amarahnya dengan lemparan batu terhadap tim WH. Dan beberapa petugas mengalami luka lebam karena terkena lemparan batu dari pengunjung hiburan terlarang tersebut.