">

Senin, 05 Agustus 2013

“Teriak” di Senayan Bukan di “Kandang”

Do you want to share?

Do you like this story?

(Oleh: Ghazali Abbas Adan)
Ghazali-AbbasDiantara tugas DPR adalah mengontrol kinerja pemerintah sesuai dengan tingkatannya. DPR-RI mengontrol kinerja pemerintah pusat. Caranya adalah melalui rapat-rapat di komisi-komisi DPR-RI. Apakah rapat kerja (Raker) dengan menteri-menteri dalam pemerintahan, atau rapat dengar dengar pendapat (RDP) dengan aparat pemerintah di bawah menteri.

Dalam rapat-rapat inilah anggota DPR unjuk kemampuan mengeluarkan pendapat, gagasan dan aspirasi rakyat/daerah yang diwakilinya.


Atau boleh juga apabila memiliki kemampuan secara tertulis, kepada mitra kerjanya itu menyerahkan konsep  berkaitan dengan sesuatu yang harus diperjuangkan, termasuk konsep yang diharapkan menjadi peraturan pemerintah (PP) bagi kepentingan daerah yang diwakilinya.
Mekanisme seperti ini dapat tetus dilakukan sampai aspirasi rakyat/daerah yang diwakilinya membuahkan hasil.

Berkaitan dengan beberapa PP yang dibutuhkan daerah Aceh sebagai turunan UUPA oleh wakil-wakil Aceh di Senyan sejatinya juga dapat diperjuangkan dan “diteriakkan” terus menerus. Setiap bertemu dengan mitra kerja harus selalu dipertanyakan. Dan akan lebih kongkrit apabila juga menyerahkan rancangan PP yang sudah dikonsepkan secara rapi.

Berdasarkan sistem kerja seperti ini, tidak ada manfaat dan tidak perlu apabila anggota DPR-RI asal Aceh dengan suara kencang, mata melotot dan berapi-api berteriak di “kandang”. Toh di “kandang” sudah seia sekata belaka, dan pasti tidak ada perdebatan. Tetapi di Sanayan-lah arenanya mengeluarkan segala kepiawaian retorik argumentatif dalam rapat-rapat dengan mitra kerja.

Kemudian setiap kali reses ke daerah pemilihan bertemu dengan rakyat melaporkan apa-apa yang diperjuangkan, baik yang sudah berhasil maupun yang belum, serta dalam waktu yang bersamaan mendengar dan mencatat aspirasi rakyat sebagai bahan untuk selanjutnya disampaikan dan diperjuangkah di Senayan.
Menurut saya demikianlah sejatinya penampilan anggota DPR-RI asal Aceh di Senayan, dan semangat berbicara tidak hanya di “kandang” sendiri, tetapi di Senayan sana. Dan apabila reses ke daerah pemilihan bertemu dan berdialog dengan rakyat, bukan hanya singgah dan unjuk gigi di pendopo, dan/atau di ruangan-ruangan Kepala Dinas.

Demikian pula sejatinya empat orang anggota DPD asal Aceh di Senayan. Kepeduliannya tidak hanya sosialisasi empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara kepada masyarakat, tetapi juga kesungguhan dan kesanggupan memperjuangkan aspirasi rakyat Aceh di Senayan. Boleh-boleh saja sosialisasi empat pilar itu kepada khalayak dikala reses.

Namun juga tidak kalah penting saat reses itu juga melaporkan kepada rakyat ihwal aspirasi yang diperjuangkan di Senayan, baik yang sudah berhasil maupun yang belum. Sama halnya dengan anggota DPR, ketika bertemu dan berdialog dengan rakyat mendengar dan mencatat aspirasi mereka untuk selanjutnya secara sungguh-sungguh dan terus menerus diperjuangkan di Senayan. (op)
(Penulis adalah mantan anggota DPR-RI asal Aceh)

sumber : AtjehLink

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us About Us Privacy Help Redaksi Info Iklan F A Q