09 Agustus 2013

Warga Garot Mempersiapkan Meriam Karbit.
Toet Budé Triéng / Karbet (Meriam
Bambu dan Karbit )
Sigli - Warga Garot, Pidie, menyemarakkan malam hari raya Idul Fitri
dengan toet budé triéng (meriam bambu) dan karbet atau karbit. Pada hari
raya tahun ini, “perang” budé triéng dan karbet dimulai malam ini
sekitar pukul 20.30 WIB.
Tradisi toet budé triéng dan karbet tersebut sudah berlangsung turun
temurun bagi masyarakat yang mendiami Kemukiman Garot mulai dari Gampong
Keubang, Kecamatan Indrajaya hingga Keulibeut, Kecamatan Pidie,
Kabupaten Pidie.
Budé trieng dirancang dari bambu pilihan yang
miliki pajang 100 hingga 130 centimeter. “Bambu untuk budé triéng
dipilih yang tebal agar tidak mudah pecah atau retak ketika dibunyikan,”
ujar Muklis, warga Garot kepada ATJEHPOSTcom, Jumat, 9 Agustus 2013.
Budé trieng tersebut, kata Mukhlis, diisi bahan bakar bensin agar
ketika dibakar menghasilkan suara seperti ledakan. Sedangkan budé karbit
dibuat dari drum bekas minyak. Biasanya sekitar lima drum yang
disambungkan menjadi satu, lalu diisi karbit.
“Meriam karbit dari drum bekas ditimbun dengan tanah akan menghasilkan suara yang amat dahsyat,” kata Muklis.
Permainan tersebut, kata Mukhlis, dibiayai sejumlah warga yang mudik
dari perantauan. Mereka menyumbang dana hingga terkumpul jutaan rupiah.
Malam ini, menurut Mukhlis, meriam-meriam tersebut mulai diledakkan.
Masyarakat Garot akan “berperang” dengan warga di seberang sungai atau
Gampong Aree, Kecamatan Delima.
![]() |
Warga Garot Mempersiapkan Meriam Karbit. |
Toet Budé Triéng / Karbet (Meriam
Bambu dan Karbit )
Sigli - Warga Garot, Pidie, menyemarakkan malam hari raya Idul Fitri dengan toet budé triéng (meriam bambu) dan karbet atau karbit. Pada hari raya tahun ini, “perang” budé triéng dan karbet dimulai malam ini sekitar pukul 20.30 WIB.
Tradisi toet budé triéng dan karbet tersebut sudah berlangsung turun temurun bagi masyarakat yang mendiami Kemukiman Garot mulai dari Gampong Keubang, Kecamatan Indrajaya hingga Keulibeut, Kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie.
Budé trieng dirancang dari bambu pilihan yang miliki pajang 100 hingga 130 centimeter. “Bambu untuk budé triéng dipilih yang tebal agar tidak mudah pecah atau retak ketika dibunyikan,” ujar Muklis, warga Garot kepada ATJEHPOSTcom, Jumat, 9 Agustus 2013.
Budé trieng tersebut, kata Mukhlis, diisi bahan bakar bensin agar ketika dibakar menghasilkan suara seperti ledakan. Sedangkan budé karbit dibuat dari drum bekas minyak. Biasanya sekitar lima drum yang disambungkan menjadi satu, lalu diisi karbit.
“Meriam karbit dari drum bekas ditimbun dengan tanah akan menghasilkan suara yang amat dahsyat,” kata Muklis.
Permainan tersebut, kata Mukhlis, dibiayai sejumlah warga yang mudik dari perantauan. Mereka menyumbang dana hingga terkumpul jutaan rupiah.
Malam ini, menurut Mukhlis, meriam-meriam tersebut mulai diledakkan. Masyarakat Garot akan “berperang” dengan warga di seberang sungai atau Gampong Aree, Kecamatan Delima.
Sigli - Warga Garot, Pidie, menyemarakkan malam hari raya Idul Fitri dengan toet budé triéng (meriam bambu) dan karbet atau karbit. Pada hari raya tahun ini, “perang” budé triéng dan karbet dimulai malam ini sekitar pukul 20.30 WIB.
Tradisi toet budé triéng dan karbet tersebut sudah berlangsung turun temurun bagi masyarakat yang mendiami Kemukiman Garot mulai dari Gampong Keubang, Kecamatan Indrajaya hingga Keulibeut, Kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie.
Budé trieng dirancang dari bambu pilihan yang miliki pajang 100 hingga 130 centimeter. “Bambu untuk budé triéng dipilih yang tebal agar tidak mudah pecah atau retak ketika dibunyikan,” ujar Muklis, warga Garot kepada ATJEHPOSTcom, Jumat, 9 Agustus 2013.
Budé trieng tersebut, kata Mukhlis, diisi bahan bakar bensin agar ketika dibakar menghasilkan suara seperti ledakan. Sedangkan budé karbit dibuat dari drum bekas minyak. Biasanya sekitar lima drum yang disambungkan menjadi satu, lalu diisi karbit.
“Meriam karbit dari drum bekas ditimbun dengan tanah akan menghasilkan suara yang amat dahsyat,” kata Muklis.
Permainan tersebut, kata Mukhlis, dibiayai sejumlah warga yang mudik dari perantauan. Mereka menyumbang dana hingga terkumpul jutaan rupiah.
Malam ini, menurut Mukhlis, meriam-meriam tersebut mulai diledakkan. Masyarakat Garot akan “berperang” dengan warga di seberang sungai atau Gampong Aree, Kecamatan Delima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar