Aceh
Utara - Pembangunan gedung USB SMK Negeri 1 Pertanian
dan Perikanan Sawang diatas tanah seluas 1,8 hektar milik Pemkab Aceh
Utara menggunakan anggaran bantuan lansung (block Grant) dari APBN tahun
2012 senilai 1,5 miliar di Gampoeng Lhok Kuyuen Kecamatan Sawang, Aceh
Utara, dituding sarat penyimpangan.
Sebelumnya, hal
tersebut dikatakan oleh Dahrul Fadli, eks kombatan GAM daerah itu,
pembangunan gedung pendidikan itu tidak transparan karena tidak
memasang plang proyek sebagai mana mengacu pada Peraturan Presiden
(Perpres) nomor 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang dan jasa (PBJ).
Kejanggalan
demi kejanggalan terus ditemukan oleh masyarakat sekitar, seperti yang
dikatakan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan olahraga (Kadisdikpora)
Aceh Utara, Razali SPd, beberapa waktu lalu, PEMBANGUNAN gedung sekolah,
laboratorium dan gedung pendukung lainnya TELAH SIAP sejak September
2012 lalu.
Namun keyataan
realisasi dilapangan pernyataan Kadisdikpora Aceh Utara, Razali SPd
jelas bohong. Pantauan reporter acehtraffic.com sejak Rabu, 20 Maret
2013 pelaksanaan pembangunan proyek swakelola itu masih berjalan seperti
pemasangan keramik, pembangunan pagar, toilet, jendela, cat dinding,
prasarana air bersih tidak tersedia, bahkan teras dan halaman juga masih
berantakan.
Kejanggalan
lain, Ketua pelaksana proyek dinas pendidikan itu, Drs Murdani Yusuf,
yang bakal menjadi Kepala SMK N1 Pertanian dan Peternakan Sawang menolak
untuk diwawancarai dan sempat main “petak umpet” dengan wartawan, “maaf
saya sedang sibuk telpon lain kali saja, saya sibuk saya sedang di
Paloh Lhokseumawe” Katanya via telpon.
Namun lima
belas menit berselang dia berhasil ditemui dan diwawancarai dirumahnya
“hana jadeh kujak lom, hai pue karekam nyan, peumate hp toeh long
peumate nak kutem peugah haba” Pintanya seraya handphone wartawan
lansung disita sementara dan dinonaktifkan.
Dalam wawancara
tentang penyimpangan pembangunan SMK itu dia membantah keras dan
mengatakan tidak ada masalah dengan pembangunan SMK N1 Sawang bahkan
dia mengakui telah dipanggil oleh Kanit Tripikor Polres Lhokseumawe
beberapa waktu lalu.
Menurut
informasi dari tempat dia bekerja mengatakan Drs Murdani Yusuf sebagai
kepala SMK N 1 Muara Batu menggunakan kas sekolah tersebut untuk
keperluan mengurus kelancaran pembangunan (sertifikat tanah) SMK
Pertanian di Sawang dan beberapa masalah lain yang saling berkaitan,
dipanggil oleh Kanit Tripikor Polres Lhokseumawe, setelah itu dia
lansung dinota-dinaskan ke SMK N1 Pertanian dan Perairan Sawang itu.
“kepemimpinannya
banyak masalah dan tertutup lihat saja bengkel dengan anggaran ratusan
juta hanya ada beberapa kunci yang harganya 25.000 dan 2 unit motor,
belum lagi lab computer, sekarang Drs Suryadi MPd diangkat sebagai
Kepala Sekolah baru” Kata salah satu guru SMK N 1 Muara Batu, Aceh
Utara.
Drs
Murdani Yusuf juga mengakui soal papan proyek yang tidak dipasang, dia
berkilah bahwa papan sudah disuruh pasang beberapa kali. Namun beliau
tidak tahu menahu kenapa hingga kini belum dipasang. Berdasarkan
penelusuran Acehtraffic.com papan proyek pembangunan Gedung USB SMK N 1
Sawang yang tidak menuliskan waktu siap itu ditempelkan di dalam gudang
sekolah tersebut.
Wartawan
mendapat jawaban “tidak tau” tidak hanya ketika ditanya soal pemasangan
papan proyek, tapi juga mengenai rincian alokasi anggaran untuk
pembangunan tiga unit gedung SMK N 1 Sawang itu, termasuk pengadaan
perangkat mobiler senilai 72 juta dia lupa dipanglong mana dibuat. “ada
tapi dananya saya lupa, yang buat saya juga lupa siapa namanya” Katanya
ketua pendiri sekolah itu.
Menurut seorang
pemborong yang ditemui reporter Acehtraffic.com di lapangan mengatakan
ongkos pembangunan satu unit gedung A Ruang Khusus Belajar (RKB+WC)
berukuran 34 x 10 = 340 meter dengan fasilitas tiga ruang belajar dan
empat toilet senilai 60 Juta.
“eungkoh
namploeh juta leubeh bacut, panena peng bak rumoh ikula leubeh kureung
dari pada hana buet laen” Kata Hafifuddin Abdul Manaf (59) warga Ulee
Eunjey Kecamatan Bandar Baro, Aceh Utara.
Pembangunan
satu unit gedung B USB SMK N 1 Sawang dengan volume RKB 25 x 10 = 250
meter diborong oleh Zulkifli warga Babah Krueng Kecamatan Sawang, Aceh
Utara, dengan fasilitas tiga ruang belajar tanpa toilet senilai 60 juta
rupiah. “nyan dawa lom, nyoe peng sang hana meupat cok eungkoh peureuseh
tajak cok bak jeupang” Katanya.
Sementara ruang
laboratorium berukuran 36 x 10 = 360 meter dengan fasilitas tiga
ruangan senilai 75 juta yang sempat diborong oleh warga Kuta Blang,
Bireuen. “tapi dulu, sekarang tidak tau siapa yang melanjutkan, karena
ada masalah juga” Kata Zulkifli.
Para buruh
pembangunan itu juga mengatakan realisasi pembangunan gedung sekolah
tersebut tidak sesuai dengan rencana anggaran biaya (RAB), seperti pintu
seluruhnya menggunakan kayu jenis Merbau, realisasinya menggunakan
jenis kayu Meuranti, Meudang dan semaram. “kosen pintu dan jendela
sebenarnya menggunakan kayu damar, tapi yang dipasang kebanyakan cengal
dan senbarang keras” Katanya.
Tidak hanya
disitu, masyarakat Lhok Kuyuen sendiri menduga SMK N 1 Sawang memiliki
empat gedung namun yang dibangun justru tiga gedung, menurut ketua
pelaksana hal ini juga pernah dipertanyakan oleh Kanit Reskrim Polsek
Sawang. “nyan nah meutram-tram yang uleu kueh bak kudeungo, panena peut
boh ken lhe boh sagai geudong ken kalheh kupeuleumah laporan bak jih”
Kata Drs Murdani Yusuf.
Seperti kata
Kadisdikpora Aceh Utara, Razali SPd, SMK N 1 Sawang akan di buka tahun
ini dan diakui oleh Pendiri sekaligus kepala sekolah itu Drs Murdani
Yusuf mengatakan pada awal bulan april 2013 akan dilakukan perekrutan
tenaga pengajar.
Diseluruh
pelosok kecamatan Sawang, Muara Batu, Nisam, Dewantara, Aceh Utara dan
Geureugok, Bireuen beredar isu rekruitment tenaga pengajar sekolah itu
sarat kolusi dan nepotis. Tak tanggung-tanggung setiap guru harus
mengeluarkan uang 5 juta untuk lulus menjadi tenaga disitu.
Hal tersebut
dikatakan Ibu Nurismi warga Sawang, Aceh Utara, dia mengakui telah
bertemu dan menanyakan kepala sekolah disitu soal penerimaan tenaga
pengajar sudah penuh. “tidak ada lagi sudah penuh 40 orang, sekarang
mereka calon guru ditugaskan untuk mencari murid di Gampong-gampong
seantero Sawang, kalau nggak mau ngajar siapa mereka kalau tidak ada
murid” Katanya.

i
nformasi
lain juga membenarkan sikap Drs Murdani Yusuf, dia juga pernah bekerja
sebagai tenaga pengajar kontrak di SMK N 1 Muara Batu harus mengeluarkan
uang untuk kepala sekolah sebesar 1 juta rupiah, tapi dikembalikan
setelah mencuat ke media.
Terhadap
pembangunan proyek tidak transparan termasuk sekolah itu, Camat
Kecamatan Sawang, Aceh Utara, Ilyas Ssos, telah beberapa kali dimintai
oleh unsur Geuchik dalam rapat umum di Aula kecamatan, agar semua proyek
yang tidak transparan harus ditertipkan. “kami tidak tau ada
pembangunan itu kami tidak dikasih tau” Kata Ilyas Ssos saat musyawarah
pra Musrenbang Rabu, 27 Februari 2013, lalu.
Disamping itu,
dalam Musrenbang, Senin, 4 Maret 2013 lalu juga disebutkan selain
anggaran pembangunan SMK 1 Sawang 1,5 miliar dari APBN 2012, juga
mendapat plot anggaran tambahan senilai 400 juta dari aspirasi dewan
APBK Aceh Utara tahun 2012 untuk pembangunan pagar.
Sementara Kadisdikpora Aceh Utara, Razali SPd hingga berita ini diturunkan belum berhasil dikonfirmasi.
Sumber : The Aceh Traffic
Tidak ada komentar:
Posting Komentar