GeRAK : ANGGARAN PERJALANAN DINAS PEMERINTAH ACEH BOROS

Banda
Aceh - Gerakan Anti Korupsi (GeRAK) Aceh menyoroti kebijakan anggaran
perjalanan dinas Pemerintah Aceh yang dinilai boros.
Menurut
GeRAK, Keputusan Gubernur Nomor 090/460/2013 tentang Satuan Biaya
Perjalanan Dinas yang merupakan revisi dari Keputusan Gubernur Aceh
Nomor 090/688/2012 telah membebani Anggaran Pendapatan Belanja Aceh
(APBA).
"Ini merupakan program
yang menghabiskan APBA pada tahun anggaran 2013," kata Kadiv Kebijakan
Publik, Gerakan Anti Korupsi (GeRAK) Aceh, Isra Safril, Selasa kemarin
(20/8).
Lanjutnya, ada anggaran perjalanan dinas yang meningkat
drastis dari tahun yang lalu. Demikian juga terjadi peningkatan
anggaran perjalanan dinas Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh meningkat
tajam pada tahun 2013.
"Ada terjadi peningkatan yang
signifikan, seperti contoh biaya transportasi pada tahun 2012 untuk luar
daerah Rp 125.000 meningkat menjadi Rp 300.000," tukasnya.
Demikian juga seperti biaya penginapan luar daerah pada tahun 2012 hanya
Rp 350.000, naik menjadi Rp 370.000 sampai dengan 904.000 tahun 2013.
"Ini sangat jelas menunjukkan biaya perjalanan dinas tersebut meningkat
tajam dan bukti nyata adanya pemborosan anggaran di Pemerintah Aceh,"
tuturnya.
Demikian juga anggaran perjalanan dinas untuk Dewan
Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) juga cenderung meningkat, sebut Isra.
Biaya perjalanan dinas untuk anggota DPRA pada Tahun 2013 disetarakan
dengan Ketua/Wakil Ketua DPRA/Sekretaris Daerah Aceh, padahal pada Tahun
2012 lalu, standar biaya perjalanan Dinas bagi Anggota DPRA sama dengan
PNS Tingkat / Golongan IV.
"Seperti biaya penginapan, pada
tahun 2012 lalu untuk luar daerah Rp 650.000, sedangkan sekarang naik
menjadi Rp 790.000 sampai dengan Rp 1.810.000," tukasnya.
Hal
yang miris lagi, adanya penambahan uang representatif bagi Anggota DPRA
yang sebelumnya hanya antara Rp 200.000 (Dalam daerah) - Rp300.000 (luar
daerah), meningkat drastis menjadi Rp 800.000, untuk setiap anggota
DPRA.
"Itu belum lagi alokasi uang makan, uang saku," imbuhnya.
Oleh karena itu, GeRAK meminta Gubernur Aceh untuk mencabut dan
merevisi Peraturan Gubernur No 090/460/2013 tentang Satuan Biaya
Perjalanan Dinas.
"Ini penting direvisi, karena telah membuat terjadinya celah pemborosan anggaran," pintanya.
Bila tidak segera direvisi, GeRAK Aceh menilai masa kepemimpinan
Pemerintahan Zaini Abdullah-Muzakir Manaf akan menyebabkan krisis
kepercayaan dari masyarakat.
"Kalau itu dicabut, kelebihan anggaran tersebut bisa dialokasikan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat," tutupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar